Banjarmasin (ANTARA) - Warga Desa Sungai Lulut, Banjarmasin, Kalimantan Selatan bisa bernafas lega. Akses jalan darat menuju sawah mereka sekarang sudah terbuka berkat kerja keras prajurit TNI bersama masyarakat membangun jembatan melintasi anak sungai.

Sebelumnya warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani harus menggunakan jukung atau perahu kecil tanpa mesin menuju lahan pertanian. Sekarang mereka sudah bisa menggunakan sepeda motor atau mobil berukuran sedang melintasi jembatan, meski mobil tidak bisa masuk sampai ke dalam.

Salah satu petani Desa Sungai Lulut, Fauzi (58) mengungkapkan sebelumnya masyarakat harus berjuang saat hendak ke sawah, melintasi kubangan lumpur, anak sungai, dan jalan yang putus akibat banjir. Jarak dari perkampungan ke sawah berkisar antara 4 hingga 8 kilometer.

"Setelah jembatan ini ada, kami bisa kapan saja mengangkut hasil panen," kata Fauzi yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai petani.

Bukan cuma satu jembatan yang dibangun oleh prajurit TNI, namun ada enam jembatan dengan masing-masing panjang enam meter dan lebar antara tiga hingga enam meter.

Kelurahan Sungai Lulut merupakan penyangga pangan bagi Kota Banjarmasin. Penduduknya mayoritas petani. Meskipun daerah ini lahan basah yang kurang mendukung kegiatan pertanian, namun hasil pertanian padi di daerah ini masih menjadi andalan bagi kota berjuluk Kota Seribu Sungai itu.

"Sungai Lulut memiliki lahan pertanian sekitar 323 hektare, hingga saat ini masih menjadi penyangga pangan, khususnya saat harga beras naik," kata Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina.

Dengan kondisi geografis lahan basah, masyarakat di desa ini sering kali mengeluhkan infrastruktur jalan yang kurang mendukung, menjadi persoalan saat banjir atau air sungai surut sehingga merugikan petani.

Karena kondisi itu pula, petani hanya mengandalkan jukung sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil pertanian. Acapkali petani harus bolak balik lebih dari 10 kali ke sawah yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka karena tidak ada akses jalan darat yang menghubungkan. 

Memang melelahkan, tenaga habis di jalan. Kenyataan memaksa petani mendayung perahu kecil untuk mengangkut padi, hujan atau terik matahari, mereka bekerja.

Jukung tidak bisa digunakan saat air sungai surut sehingga petani terpaksa menunggu air pasang. Jika dipaksakan, mereka bisa terjebak di kubangan lumpur.

Pada 20 Februari 2024, Satuan Tugas (Satgas) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-119 Kodim 1007/Banjarmasin dengan 180 personel memulai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas pertanian masyarakat di Sungai Lulut.

Tentu ini menjadi kebahagiaan yang dinanti oleh warga Sungai Lulut. Ditengah keterbatasan anggaran pemerintah daerah, Satgas TMMD hadir memberikan solusi membantu pemerintah daerah untuk memecahkan persoalan pemerataan pembangunan di Sungai Lulut.

Satgas TMMD memetakan sarana dan prasarana mendesak yang dibutuhkan warga Sungai Lulut. Ada enam titik akses jalan putus yang selama ini menjadi kesulitan bagi petani.

Pembangunan jembatan mulai dirancang menggunakan bahan kayu Ulin. Kayu ini jadi pilihan karena tahan lama jika berada di lahan basah. Semakin lama terendam air, semakin kuat kayunya.

Satgas TMMD dengan dibantu masyarakat setempat membangun enam jembatan yang berjarak masing-masing ratusan meter. 

"Desa ini memiliki potensi hasil pertanian, tetapi akses jalan sulit. Semoga dengan hadirnya TMMD, desa ini semakin maju untuk menyokong pasokan pangan di Banjarmasin," kata Bintara Pembina Desa (Babinsa) Sungai Lulut Peltu Erik.

 
Satuan Tugas TNI Manunggal Membangun Desa (Satgas TMMD) ke-119 Kodim 1007/Banjarmasin menyapa warga di Kelurahan Sungai Lulut, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/2/2024). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)



Perjuangan Prajurit

Sebagai ujung tombak TMMD, banyak tantangan yang dihadapi prajurit mulai dari mempersiapkan, merancang, membangun, hingga tahap penyelesaian.

Kondisi lapangan menjadi tantangan. Jika hujan deras, prajurit kerap kesulitan bekerja dalam kondisi lapangan yang berlumpur. Apalagi di lahan basah dan rawa, saat hujan deras air sungai pasang sehingga mereka harus menunggu kondisi lapangan memungkinkan.

Prajurit TNI mengangkut bahan bangunan ke titik lokasi area sawah yang dikelilingi sungai menggunakan jukung jika air sungai dalam kondisi pasang. Untungnya selama pelaksanaan, air sungai tidak surut parah sehingga cukup membantu saat saat mengantar bahan ke lokasi.

Karena jika air sungai surut, prajurit harus menempuh daratan yang sebagian bahu jalannya rusak dan diputus anak sungai yang berlumpur.

Saat pengerjaan jembatan di atas lumpur, harus dipastikan tiang jembatan tertancap dalam hingga menyentuh bagian tanah yang cukup keras. Menggunakan kayu panjang melintang di atas tiang, beberapa prajurit berbaris di atas kayu. Ada yang memukul bagian tengah dengan palu besar, ada pula yang menggunakan irama tenaga kaki.

Sebagian prajurit memotong dan menggergaji kayu, memalu bagian papan menjadi satu kesatuan. Jika kekurangan bahan, beberapa diantara mereka kembali mendayung jukung menuju desa untuk mengambil bahan yang dibutuhkan.

Setelah hampir empat pekan berjalan, enam buah jembatan sudah berdiri kokoh melintang di atas sungai-sungai kecil, meskipun di delapan hari terakhir mereka harus bekerja sambil menjalankan ibadah puasa. Sarana dan prasarana lain pun ikut selesai.

Memang, saat menunggu pembangunan jembatan selesai, beberapa anggota satgas lainnya melaksanakan pembangunan sarana lain, mulai dari mushola, tempat wudhu, pos keamanan lingkungan, hingga MCK.

Sarana ini memang terbilang tidak mewah bagi warga perkotaan, tetapi perhatian seperti ini dibutuhkan bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai kecil dan daerah terluar seperti Sungai Lulut.

Di sela istirahat satgas pada malam hari, beberapa diantara prajurit mengambil peran sebagai guru mengaji bagi anak-anak desa. Karena selain membantu pembangunan infrastruktur, Satgas TMMD juga perlu menjalin hubungan emosional, meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat desa.

Satgas merancang pembangunan non-fisik terkait peningkatan sumber daya manusia, mulai dari penyuluhan pertanian, perikanan, lingkungan hidup, stunting, narkoba, keluarga berencana, pelayanan kesehatan gratis, edukasi wawasan kebangsaan, hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat, hingga penyaluran bantuan sosial.

 
Satuan Tugas TNI Manunggal Membangun Desa (Satgas TMMD) ke-119 Kodim 1007/Banjarmasin menancapkan tiang ke dalam tanah sebagai pondasi untuk membangun jembatan di atas sungai di Kelurahan Sungai Lulut, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (26/2/2024). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)



TMMD ke-119

Angkatan Darat adalah matra TNI dengan jumlah pasukan terbanyak, mencapai 470.000 personel, dibandingkan matra TNI lain yaitu Angkatan Laut (TNI-AL) dan Angkatan Udara (TNI-AU)

TNI AD bertanggungjawab atas operasi pertahanan di darat, menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan pembangunan dan pengembangan kekuatan di darat, serta pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Dalam pelaksanaannya, TNI AD menilai perlu gebrakan untuk mewujudkan Kemanunggalan TNI dengan hadir di tengah-tengah rakyat.

Pada 1980, TNI mencetuskan program ABRI Masuk Desa (AMD) untuk mempererat hubungan dengan rakyat. Harapannya, kesejahteraan meningkat melalui pemerataan pembangunan infrastruktur. Di era reformasi, AMD berganti nama menjadi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).

Pada Februari 2024, TMMD memasuki pelaksanaan yang ke-119 melibatkan 50 Komando Distrik Militer (Kodim) se-tanah air. Mengusung tema “Dharma Bhakti TMMD Mewujudkan Percepatan Pembangunan di Wilayah”.

Waaslog KSAD Bidang Faskon BMN Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad) Brigjen TNI Mahfud Ghozali mengatakan TMMD ke-119 dilaksanakan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di daerah.

"Ada empat sasaran TMMD ke-119, yakni daerah terisolir, daerah kumuh, daerah pulau terluar, dan daerah terdampak banjir," kata dia selaku Ketua Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) TMMD ke-119 ketika memantau Satgas TMMD Kodim 1007/Banjarmasin.

Sejalan dengan empat sasaran itu, Satgas TMMD 119 Kodim 1007/Banjarmasin memusatkan pembangunan di Sungai Lulut, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

TMMD adalah suatu program terpadu antara TNI khususnya TNI AD dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah, dengan harapan kesejahteraan masyarakat di daerah juga akan meningkat.

Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, TMMD juga bertujuan untuk pembinaan keamanan wilayah.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah masih perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena secara umum masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar tinggal di daerah pedesaan.

TMMD dapat terlaksana dengan baik apabila adanya kerja sama semua unsur yang terlibat baik TNI, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Kerja sama yang baik akan terlaksana melalui koordinasi yang mantap baik pada saat penganggaran atau program dimulai.

Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayjen TNI Tri Budi Utomo menilai TMMD yang berlangsung sejak 20 Februari - 20 Maret 2024 semua berjalan baik dengan capaian 100 persen.

Atas nama keluarga besar TNI, Pangdam VI/Mulawarman menyampaikan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama, media massa, serta semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu pelaksanaan TMMD ke-119 khususnya di wilayah Kodam VI.
 
Kepala Kelompok Staf Ahli (Kapok Sahli) Kodam VI/Mulawarman Brigjen TNI Yuswandi (tengah) didampingi Dantasgas TMMD Kodim 1007/Banjarmasin Kolonel Arman Aris Sallo (kanan) saat upacara penutupan TMMD ke-119 di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (20/3/2024). (ANTARA/Tumpal Andani Aritonang)

Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2024