Nanning (ANTARA) - Ketika periode hujan baru sedang memasuki Desa Shangtang di wilayah Wuxuan, Kota Laibin, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China, para penduduk desa dengan kerbau meningkatkan kecepatan mereka di kejauhan, sementara traktor-traktor nirawak di ladang tebu melanjutkan pekerjaan mereka dengan cara yang teratur.

Selama masa pembajakan musim semi, para petani yang duduk di belakang traktor tebu nirawak dan dipandu oleh Sistem Satelit Navigasi BeiDou (BeiDou Navigation Satellite System/BDS) menebarkan benih tebu secara berkala. Dengan bantuan traktor nirawak ini, proses penanaman, pemupukan, dan pemulsaan dapat diselesaikan dalam sekali jalan.

Setelah BDS membantu merancang rute sebelumnya, traktor-traktor ini akan mengikuti rute yang telah ditentukan selama proses pengoperasian.

Teknologi dan mekanisasi pertanian yang semakin modern ternyata membawa perubahan nyata dalam penanaman tebu di wilayah Wuxuan, salah satu area penanaman tebu utama di China. Proses penyemaian tebu menjadi sepuluh kali lebih efisien dari sebelumnya.

"Dengan bantuan sistem ini, kami dapat mengontrol deviasi garis lurus dalam jarak dua sentimeter, serta mengontrol jarak di dalam lima sentimeter di antara setiap garis, yang dapat bermanfaat bagi fotosintesis dan penyerapan nutrisi serta oksigen pada tebu," ujar Wu QiHui, Direktur Koperasi Khusus Mesin Pertanian Bosheng Wuxuan.

"Selain itu, ventilasi yang baik juga sangat penting untuk mencapai hasil panen yang tinggi."

Sejak menanam tanaman komersial ini di China selama lebih dari sepuluh tahun, Lu Ruwen, seorang petani setempat bergabung dengan koperasi tersebut empat tahun lalu yang menyediakan layanan penyewaan mesin dan peralatan pertanian.
 
      Seorang petani membajak lahan pertanian dengan menggunakan traktor yang dipandu dengan Sistem Satelit Navigasi BeiDou (BeiDou Navigation Satellite System/BDS) di Desa Shangtang, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China.  (Xinhua)

"Biasanya dibutuhkan waktu sepekan untuk menanam dengan tangan di lahan pertanian seluas 20 mu (sekitar 1,33 hektare), tetapi kini hanya satu hari untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu," ujarnya.

Seluruh proses penanaman tebu dapat dimekanisasi dengan semua jenis alat yang ada di koperasi, yang membantu menghemat setidaknya 100 yuan atau sekitar 13,83 dolar AS per mu, kata Lu.

Dalam beberapa tahun terakhir, China dan negara-negara ASEAN terus memperkuat kerja sama dalam industri gula untuk memakmurkan kehidupan petani tebu di kedua belah pihak.

"Guangxi Nanning East Asia Sugar Group memberikan saya benih dan teknologi yang bagus," ungkap Huang Yongjun, yang telah menanam tebu selama lebih dari 20 tahun. Lahan tebu miliknya memiliki luas lebih dari 50 mu (sekitar 3,33 hektare).

Guangxi Nanning East Asia Sugar Group adalah sebuah perusahaan patungan China-Thailand. Huang meraup sekitar 100.000 yuan dengan menjual tebu ke perusahaan ini setiap tahunnya."

Chusak Vongkusolkit, CEO Sugar Group, mengatakan bahwa perusahaan tersebut berkomitmen untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan antara petani tebu, pemerintah, dan perusahaan.

Hal ini akan membantu mendorong revitalisasi pedesaan di China, dan terus berkontribusi terhadap pengembangan industri gula berkualitas tinggi serta kerja sama dan pertukaran China-Thailand.
 
   Foto dari udara dengan drone ini memotret sejumlah traktor nirawak bekerja mulai menyiapkan lahan, proses penanaman, pemupukan, dan pemulsaan tanaman tebu dalam sekali jalan dengan panduan Sistem Satelit Navigasi BeiDou (BeiDou Navigation Satellite System/BDS) di Desa Shangtang, Kota Laibin, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China. (Xinhua)


Selain efisiensi peralatan, benih tebu yang berkualitas juga menjadi faktor utama dalam meningkatkan hasil panen tebu.

Di pusat pembibitan koperasi, deretan tebu tinggi dan lebat yang siap dipanen merupakan varietas tebu berumur genjah dan tinggi akan gula yang diperkenalkan dari akademi ilmu pengetahuan kawasan tersebut.

"Nantinya tebu-tebu itu akan dipotong menjadi batang sepanjang 20 sentimeter dan kemudian didisinfeksi di pabrik pengolahan kami," ujar Wu, seraya menambahkan bahwa benih tebu mereka yang terstandardisasi sangat populer di kalangan para petani karena hasil panennya lebih tinggi, yang diperkirakan akan mencapai delapan ton per mu.

Dengan semakin besarnya dukungan kebijakan terhadap produksi pertanian, penduduk di desa setempat semakin bersedia untuk berpartisipasi dalam pengembangan pertanian modern.

"Pemerintah juga memberikan subsidi yang sesuai bagi mereka yang mengadopsi pertanian termekanisasi atau memilih benih tebu yang didisinfeksi dan sehat," jelas Mo Tingjin, Direktur Pusat Layanan Mekanisasi Pertanian di Laibin. "Banyak petani bahkan bisa menanam tebu tanpa biaya dengan subsidi ini."
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024