...dengan peralihan ke TV digital bisa ada penambahan lapangan kerja baru menjadi sekitar 2-3 kali lipatnya..."
Jakarta (ANTARA News) - Era tv digital, yang akan dibarengi dengan pertambahan berlipat stasiun televisi di Indonesia pada tahun-tahun mendatang, merupakan tantangan besar bagi industri kreatif penyedia konten televisi.

Selain dalam sistem transmisi, TV digital juga akan mengubah pola bisnis pertelevisian secara keseluruhan  karena akan ada pertambahan signifikan jumlah stasiun televisi di tanah air, kata Corporate Secretary PT  Surya Citra Media Tbk dan Surya Citra Televisi (SCTV), Hardijanto Saroso.

Setelah peralihan ke TV digital nanti, jumlah stasiun televisi bisa bertambah lima kali lipat dari yang ada sekarang hanya sekitar 15-20.

"Sebetulnya bagus karena akan membutuhkan rumah produksi yang semakin banyak," kata Hardijanto kepada ANTARA News di Jakarta, Senin (11/11/13).

Namun persoalannya, pertambahan jumlah stasiun televisi itu belum tentu diiringi dengan pertumbuhan pada industri kreatif. "Nah itu tantangan bagi industri kreatif," katanya.

Bagi para pemilik stasiun televisi, bertambahnya stasiun-stasiun televisi baru itu menurut Hardijanto akan meningkatkan kompetisi di antara mereka.

Implikasi lainnya, dengan perpindahan dari analog ke TV digital akan ada sebagian peralatan pemancar yang harus diganti agar bisa menstransmisikan konten berformat digital.

Tapi bagi SCTV, kata Hardijanto, itu tidak menjadi masalah karena selain selama ini produksi-produksi konten SCTV sudah berbasis digital, pemancar-pemancarnya juga sudah mendukung untuk keperluan tersebut dan cukup hanya menambahkan decoder saja.

Bahkan, sejak September tahun lalu SCTV sudah bersiaran digital untuk beberapa wilayah seperti DKI Jakarta dan Jawa Timur.

Dari sisi ketenagakerjaan, Hardijanto mengatakan, peralihan dari TV analog ke TV digital akan membuka lapangan kerja baru yang tidak sedikit.

"Saya pernah hitung, dari penyerapan tenaga kerja saat ini yang berkisar 40.000 orang, dengan peralihan ke TV digital bisa ada penambahan lapangan kerja baru menjadi sekitar 2-3 kali lipatnya ditambah dengan adanya televisi-televisi siaran lokal," jelas Hardijanto.

Digital receiver

Untuk bisa menikmati siaran televisi digital, masyarakat pemilik televisi membutuhkan perangkat set top box sebagai penerima (receiver) konten berformat digital.

Namun, menurut Hardijanto Saroso, sekarang produsen-produsen perangkat televisi sebenarnya sudah mulai memasang atau menyertakan receiver digital pada produk-produk mereka.

Tetapi bagaimanapun, perangkat set top box itu diperlukan karena sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki televisi yang belum mendukung untuk menerima siaran televisi digital.

"Tentunya, pemerintah bersama-sama regulator atau parlemen mengatur secara tepat, menghitung kapan peralihan itu bisa dilakukan," katanya.

Di hampir seluruh negara, kata Hardijanto, sekitar 5 persen set top box disubsidi oleh pemerintah untuk penduduk tidak mampu.

Di Indonesia, untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, pemerintah berupaya agar set top box yang dikomitmenkan oleh penyelenggara infrastruktur multipleksing TV digital dapat tersalurkan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Dengan siaran TV digital, masyarakat dapat menikmati acara-acara televisi dengan gambar yang lebih bagus dan suaranya lebih jernih.

Menurut Hardijanto, peralihan ke TV digital sebenarnya hanya proses perubahan pada pola transmisi, sementara dari sistem produksi kebanyakan stasiun televisi sudah berproduksi dalam bentuk digital.

Pola transmisi digital itu memungkinkan untuk konten-konten format baru high definition atau yang biasa disebut HDTV.

Masyarakat nantinya juga bisa menerima siaran-siaran televisi dalam format ukuran lebih besar yaitu 16:9, apalagi sekarang sudah banyak diproduksi perangkat-perangkat televisi yang sudah mendukung HDTV dalam ukuran layar besar hingga 52 inci.

Pewarta: Suryanto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013