Apalagi kalau kita lihat, kondisi tebing di lokasi kejadian memang agak curam dan memperbesar gaya dorong
Jakarta (ANTARA) - Analisa Pakar Komunikasi Bencana Muhammad Hidayat mengungkapkan cuaca ekstrem selama periode peralihan musim ditengarai menjadi penyebab utama amblasnya Tol Bocimi (akronim Bogor-Ciawi-Sukabumi) pada 3 April 2024.

"Ada rongga-rongga atau retakan di dalam tanah, yang saat hujan terisi air dan menyebabkan tanah mengembang, lalu mengakibatkan pergerakan tanah," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Senin.
 
Hidayat menuturkan hujan yang kerap terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat adalah pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.

Baca juga: Perbaikan Tol Bocimi, Sandiaga: Pemudik agar melakukan penyesuaian
 
Menurutnya, Tol Bocimi menjadi salah satu wilayah di Jawa Barat yang rentan terhadap bencana tanah longsor. Tol Bocimi dibangun di perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng bervariasi mulai landai hingga agak curam.
 
Berdasarkan peta prakiraan gerakan tanah bulan April 2024, lokasi itu masuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi.
 
Kelapukan tanah yang cukup tebal dan kemiringan lahan yang agak curam, membuat hujan dengan intensitas tinggi dan cukup lama sebagai pemicu terjadinya bencana.
 
"Apalagi kalau kita lihat, kondisi tebing di lokasi kejadian memang agak curam dan memperbesar gaya dorong," kata Hidayat.
 
Insiden jalan Tol Bocimi longsor itu menyebabkan tiga kendaraan yang melaju dari arah Jakarta mengalami kecelakaan: satu MPV masuk lubang sedalam 15 meter dan dua lainnya menabrak median jalan akibat amblas yang terjadi. Seluruh korban dievakuasi dengan lancar tanpa korban jiwa.
 
Saat ini analisis sedang dilakukan untuk perbaikan di Tol Bocimi. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana untuk membangun pondasi penahan sebagai upaya perbaikan temporer agar jalur yang tidak terdampak longsor dapat dilalui pemudik.

Baca juga: Strategi antisipasi kemacetan pasca-longsor Tol Bocimi
 
"Selain perbaikan perlu ada cek dan analisis wilayah di sekitar Tol Bocimi untuk siaga mengamati retakan-retakan yang terjadi karena longsor tidak terjadi secara tiba-tiba, ada tanda-tandanya. Selain itu, harus ada rambu atau tanda khusus di sekitar area rawan bencana longsor agar pengguna jalan dapat meningkatkan kewaspadaan," kata Hidayat.
 
Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa kondisi amblas di jalan tol marak terjadi. Beberapa tahun lalu Tol Cipularang juga mengalami longsor.
 
Tak hanya jalan tol, secara umum wilayah tengah hingga selatan Pulau Jawa memang cukup rawan amblas dan longsor. Apalagi ditambah cuaca ekstrem pada sepuluh hari pertama bulan April 2024.
 
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari berharap pemudik bisa lebih waspada dan menghindari berkendara dalam kondisi hujan. Hujan yang berlangsung lebih dari satu jam meningkatkan resiko amblas dan longsor.
 
Beristirahat di rest area menjadi pilihan terbaik jika kondisi cuaca kurang bersahabat, agar mudik tetap selamat," ucap Muhari.

Baca juga: Arus lalin Tol Bocimi arah Sukabumi dialihkan ke Gerbang Tol Cigombong

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024