Jakarta (ANTARA) -
Rapi Films bersama Sutradara Hadrah Daeng Ratu kembali merilis film horor terbaru “Menjelang Ajal” yang mengangkat tema pesugihan  berujung malapetaka. Film ini di antaranya dibintangi oleh Shareefa Danish, Daffa Wardhana, Caitlin Halderman, dan Shakeel Fauzi Aisy.
 
“Menjelang Ajal” bercerita tentang seorang ibu bernama Sekar (Shareefa Daanish), berusaha menghidupi tiga anaknya sendirian dengan cara membuka warung makan. Agar dagangannya laris, Sekar pergi menemui Mak Ambar (Dewi Pakis), dukun yang memasang 'pelaris' di warungnya.
 
Namun belakangan ia resah karena dagangannya selalu basi sesaat setelah makanan dihidangkan. Sekar berencana menemui Mak Ambar lagi untuk menanyakan hal tersebut, namun ternyata Mak Ambar telah meninggal dunia. Sejak itu, jin yang selama ini menolongnya menuntut nyawa hingga Sekar kerasukan tiap malam.
 
Demi menolong ibunya, ketiga anak Sekar, yaitu Dani (Daffa Wardhana), Ratna (Caitlin Halderman), dan Dodi (Shakeel Fauzi Aisy), berusaha untuk mengobati dengan memanggil ‘orang pintar’ yang dinilai bisa membantu Sekar. Namun jin yang merasuki tubuh Sekar sangat kuat sehingga semakin lama melukai Sekar.
 
Orang-orang terdekatnya pun juga ikut merasakan mala petaka yang buat Sekar. Salah satu pertolongan yang bisa diandalkan ketiga anaknya adalah dengan mendatangi ustaz yang konon memiliki kekuatan untuk bisa menyembuhkan Sekar.
 
Tapi upaya itu menemui banyak halangan yang malah mengancam nyawa mereka sekeluarga hingga orang terdekat Sekar.
 
Film “Menjelang Ajal” menyuguhkan adegan yang khas film horor, dipenuhi ‘jump scare’ dari jin yang merasuki tubuh Sekar. Tidak hanya kesan horor, cerita drama keluarga pun juga memberikan kesan bahwa film ini tidak hanya memberikan pengalaman menyeramkan namun juga bisa melihat intrik keluarga yang terasa dekat di masyarakat.
 
Karakter Dani sebagai anak pertama yang ingin memulai karir sendiri sempat mendapat pertentangan dari Sekar, sang ibu. Pada 10 menit awal film, adegan percekcokan Dani dan Sekar itu cukup berhasil menguras emosi penonton yang ikut terhanyut dengan pertengkaran antara ibu dan anak tersebut.
 
Selain itu, anak sekar yang bungsu yaitu Dodi, juga berhasil menarik hati penonton yang selalu memberikan ekspresi kepolosan saat menghadapi ibunya yang sedang kerasukan dan berusaha menyadarkan Sekar.
 
Sementara Ratna sebagai anak perempuan, juga mengalami pergulatan batin karena tidak percaya apa yang dialami sang ibu, namun tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya Dani harus menjadi penolong ibu sekaligus harus kuat untuk kedua adik-adiknya.
 
Sekar yang menjalani perjanjian dengan jin untuk ‘pelaris’ warungnya menjadi cerita yang dekat dengan masyarakat. Praktik pesugihan yang masih sering menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, menjadi cerita mudah dimengerti penonton.
 
Seperti saat calon pembeli yang melewati warung Sekar merasakan warung tersebut kumuh dan bau, padahal menurut pandangan Sekar warungnya bersih dan tertata rapi. Juga pada saat akhirnya ada satu pembeli yang membeli makanan dagangannya, namun saat dibawa pulang ternyata basi dan bau.
 
Hal itu pun diakui penulis skenario Deni Saputra yang mengambil cerita ini berdasarkan pengalaman nyata pribadinya yang menyaksikan langsung peristiwa pesugihan.
 
Cerita dalam film mengambil latar waktu tahun 1990an yang ditandai dengan ponsel yang digunakan bukan layar sentuh seperti zaman sekarang dan televisi dalam rumah Sekar masih merupakan TV tabung. Sedangkan lokasi cerita berada di daerah Jawa Barat, yang bisa dirasakan dari dialog para pemain menggunakan aksen Sunda.
 
Berdasarkan pengalaman saat menonton, ada beberapa adegan  klasik ala film horor masih digunakan untuk membangun esensi horor dalam film ini. Seperti peristiwa mati lampu saat hujan besar untuk membangun efek mencekam, dan pengambilan angle yang sudah bisa ditebak dari mana arah penampakan akan muncul. Meskipun terasa klasik, penonton tetap masih merasakan kaget dan tak jarang menutup mata.
 
Selain cerita yang ‘relate’ dengan masyarakat, alur cerita yang mengalir juga membuat penonton tidak kebingungan untuk memahami isi cerita dari film ini. Chemistry para pemain pun sangat terlihat natural, meskipun beberapa diantara mereka baru pertama kali bermain dalam projek film ini.
 
Film “Menjelang Ajal” juga menghadirkan sentuhan aksi sebagai bagian dari hal yang menarik dari film ini. Seperti saat adegan Sekar yang sudah kerasukan harus bergerak meloncat kesana sini saat melawan seorang ustad yang ingin menyembuhkannya.
 
Mendukung adegan aksi dari para pemain, riasan yang sangat total mengubah Danish menjadi Sekar yang kesurupan juga berhasil meraih tepuk tangan penonton. Sang sutradara Hadrah mengatakan, diperlukan beberapa tahapan tata rias  untuk mengubah Sekar yang dari hanya menampilkan luka-luka sayatan hingga pada keseluruhan wajah saat jin sudah merasuki tubuh Sekar sepenuhnya yang memerlukan waktu 2 jam untuk riasan di area wajah dan kepala.
 
Para pemain pun mengakui film “Menjelang Ajal” tidak hanya menyuguhkan esensi horor, namun juga dapat dipetik pesan baik bagi masyarakat bahwa mengambil keputusan dengan cara yang salah pasti ada konsekuensi yang harus ditanggung, yang tak jarang akan membahayakan orang sekitarnya.
 
“Menjelang Ajal” mulai tayang 30 April 2024. Mengangkat tema pesugihan, film ini diproduseri oleh Gope T. Samtani, dan diproduksi oleh Rapi Films bekerja sama dengan Sky Media, Legacy Pictures, dan Rhaya Flicks. Skenario ditulis oleh Deni Saputra dan dibintangi oleh sederet aktor, di antaranya Shareefa Daanish, Caitlin Halderman, Daffa Wardhana, Shakeel Fauzi Aisy, Ruth Marini, dan Michael Olindo.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024