Jakarta (ANTARA News) - Badai tropis (typhoon) kategori 5 Haiyan yang terjadi bulan lalu di bagian utara Indonesia yang menghantam Philippina dan Vietnam mengakibatkan sekitar 5.000 orang meninggal dunia di Philippina dan kerusakan fisik sarana jalan dan bangunan yang sangat parah di kedua negara tersebut.

Sekalipun typhoon Haiyan ini tidak melewati wilayah Indonesia, namun typhoon Haiyan mengakibatkan curah hujan, gelombang laut, dan kecepatan angin yang tinggi di wilayah Indonesia khususnya bagian utara ekuator sampai terganggunya pelayaran penyeberangan di Selat Sunda.

Seandainya lintasan typhoon Haiyan tersebut lebih dekat dengan wilayah Indonesia maka dampak negatif yang ditimbulkannya menjadi lebih parah dan dapat mengakibatkan Jakarta dan daerah pantai lainnya tergenang dalam beberapa hari serta menimbulkan kerusakan fisik sarana dan prasarana termasuk bangunan yang fatal.

Untuk itu, sekalipun Indonesia, secara teoritis, tidak akan pernah dilewati oleh typhoon/cyclone namun kita harus tetap waspada dan bersiap akan dampak tidak langsung dari setiap kejadian typhoon/cyclone.

Frekuensi kejadian badai tropis yang sering disebut sebagai typhoon (untuk perairan Pasifik Barat Laut), cyclone (untuk perairan Pasifik Selatan dan Lautan Hindia), dan hurricane (untuk perairan Atlantik dan Pasifik Utara) diprediksi semakin meningkat bersamaan dengan semakin meningkatnya pemanasan global.

Typhoon/cyclone/hurricane bersifat merusak, merugikan, dan mematikan karena mengakibatkan curah hujan, gelombang laut, dan kecepatan angin yang sangat tinggi sehingga untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya perlu upaya perlindungan dan pencegahan, dan penghancuran typhoon/cyclone/hurricane ini di tengah laut sebelum sampai ke daratan.

Typhoon/cyclone/hurricane adalah fenomena alam ekstrim hasil interaksi laut dan atmosfer berupa sistem awan, bahang, dan badai yang terorganisir dan berputar dengan sirkulasi tertutup tingkat rendah berlawanan arah jarum jam di belahan bumi utara dan searah jarum jam di belahan bumi selatan serta awal pembentukannya berada di perairan tropis atau subtropis sebagai tropical depression berupa pusat tekanan rendah dan kumpulan bahang dan awan yang bersifat masif dengan kecepatan angin sebesar kurang dari 38 mil/jam.

Tropical depresion dapat terbentuk bilamana suhu permukaan laut lebih dari 27 derajat Celcius dan bilamana kondisi interaksi laut-atmosfer mendukung, maka tropical depression dapat berkembang menjadi tropical storm berupa pusat tekanan rendah yang semakin jelas dan besar, kumpulan bahang dan awan yang lebih besar, serta dicirikan dengan kecepatan angin sebesar 39-73 mil/jam.

Pada kejadian tropical storm sudah terlihat pusaran awan yang berputar dan bergerak berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi utara dan searah jarum jam di belahan bumi selatan. Bilamana kondisi laut-atmosfer mendukung, umumnya tropical storm dapat berkembang menjadi typhoon/cyclone/hurricane yang dicirikan dengan kecepatan angin sekitarnya > 74 mil/jam.

Kekuatan typhoon/cyclone/hurricane ini berkaitan dengan nilai dan luasan pusat tekanan rendah yang terdapat di titik tengah (mata) typhoon/cyclone/hurricane tersebut.

Semakin rendah nilai tekanan udara dan semakin besar (luas) pusat tekanan rendah tersebut maka kekuatan typhoon/cyclone/hurricane akan semakin besar yang mengakibatkan kecepatan angin menjadi semakin besar.

Berdasarkan kecepatan anginnya (Saffir-Simson Hurricane Wind Scale), typhoon/cyclone/hurricane dibagi dalam 5 kategori yaitu kategori 1 yang dicirikan dengan kecepatan angin sebesar 119-153 km/Jam dan dapat menghasilkan kerusakan moderat; kategori 2 yang dicirkan dengan kecepatan angin sebesar 154-177 km/jam dan dapat menyebabkan kerusakan yang besar; kategori 3 dicirikan dengan kecepatan angin 178-208 km/jam dengan kerusakan parah; kategori 4 dicirikan dengan kecepatan angin 209-251 km/jam dengan kerusakan sangat parah atau bersifat bencana; dan kategori 5 dicirikan dengan kecepatan angin > 252 km/jam dengan kerusakan sangat parah atau bersifat bencana.

Saat ini, penamaan typhoon/cyclone/hurricane sudah ditentukan oleh instansi terkait jauh hari sebelum kejadian berdasarkan nama orang (laki dan perempuan dicampur) yang mudah diingat di wilayah tersebut.

Nama-nama typhoon/cyclone/huricane sudah disediakan untuk selama 6 tahun ke depan sebanyak 20-24 nama per wilayah dan kemudian di rotasi ulang setelah periode 6 tahun tersebut selesai. Bilamana dari nama-nama itu terdapat kejadian ekstrim atau typhoon/cyclone/hurricane kategori 5, maka nama tersebut akan diganti dengan nama baru pada periode ulang tahun berikutnya.


Dampak untuk Indonesia

Umumnya typhoon/cyclone/hurricane terbentuk dan berkembang di perairan tropis dan sub-tropis pada kisaran latitude 5-30 derajat LU/LS karena di daerah ini memiliki sumber energi yang cukup besar (suhu permukaan laut >27 derajat C dan memiliki nilai gaya Coriolis (gaya akibat rotasi bumi pada sumbunya) yang cukup.

Gaya Coriolis inilah yang menyebabkan terjadinya putaran tiang awan pada titik tengah (mata) typhoon/cyclone/hurricane.

Gaya Coriolis merupakan fungsi dari nilai sinus derajat lintang sehingga secara teoritis Indonesia yang berada di daerah equator (lintang nol) memiliki nilai gaya Coriolis sama dengan nol sehingga kejadian typhoon/cyclone tidak akan pernah terjadi di wilayah Indonesia.

Dengan demikian dampak langsung dari kejadian typhoon/cyclone tidak akan pernah terasa di daerah Indonesia. Khusus untuk daerah Indonesia bagian selatan equator yang berada pada kisaran latitude 5-10 derajat LS, diprediksi hanya menjadi daerah pembentukan tropical depression saja dan tidak sampai kepada pembentukan cyclone karena dalam perkembangan dari tropical depression menuju tropical storm sampai menjadi cyclone akan bergerak menuju wilayah selatan dengan lintang yang lebih rendah sehingga pada saat mencapai cyclone lokasinya sudah menjauhi wilayah Indonesia.

Mengingat ukuran (diameter) badai tropis (typhoon/cyclone/hurricane) yang sangat besar (typhoon Haiyan memiliki diameter > 550 km) serta curah hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang yang ditimbulkannya sangat besar maka kejadian badai tropis (typhoon/cyclone) disekitar atau diluar perairan Indonesia dapat mengakibatkan dampak negatif yang sangat besar bagi wilayah Indonesia.

Typhoon Haiyan yang pusat lintasannya berada pada lintang sekitar 10 derajat LU (Filipina) mengakibatkan dampak nyata sampai kota Jakarta (hujan lebat) dan Selat Sunda (gelombang tinggi sampai mengganggu pelayaran penyebrangan).

Dampak negatif ini makin lebih nyata di wilayah Sulwesi Utara, Halmahera, dan Kalimantan Utara yang paling dekat dengan pusat lintasan typhoon Haiyan.

Badai tropis yang terjadi di sekitar atau di luar perairan Indonesia dapat mengakibatkan curah hujan, kecepatan angin, dan gelombang laut yang tinggi di Indonesia khususnya bagian utara dan selatan wilayah Indonesia.

Curah hujan dan gelombang yang tinggi akibat kejadian badai tropis dapat mengakibatkan banjir di daerah pesisir yang dapat mengakibatkan keruskaan terhadap sarana dan prasaran serta lahan pertanian/perkebunan.

Banjir ini juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dengan menimbulkan penyebaran penyakit dan munculnya penyakit baru. Kecepatan angin yang tinggi dapat merusak properti (bangunan) dan milik berharga lainnya.

Untuk itu, sekalipun Indonesia, secara teoritis, tidak akan pernah dilewati oleh typhoon/cyclone namun kita harus tetap waspada dan bersiap akan dampak tidak langsung dari setiap kejadian typhoon/cyclone yang diprediksi semakin sering terjadi dan semakin kuat di masa mendatang bilamana pemanasan global tidak terkendali.


Upaya Pencegahan dan Perlindungan

Bilamana ada kejadian badai tropis maka langkah pencegahan dan perlindungan pertama bagi manusia adalah mengikuti dengan seksama pergerakan badai tropis itu melalui satelit karena teknologi satelit sudah dapat mendeteksi pergerakan badai tropis dengan akurat.

Pemodelan dan deteksi satelit terhadap perkembangan dan pergerakan badai tropis memberikan informasi penting bagi kita untuk dapat mengambil keputusan kapan melakukan evakuasi dan juga persiapan untuk melindungi properti/bangunan dari kerusakan sebelum badai tropis itu menyapu daerah yang kita tempati.

Hal yang sangat penting bagi perkotaan adalah selalu memperhatikan saluran-saluran air untuk mengurangi dampak banjir yang berkepanjangan akibat kejadian badai tropis.

Khusus untuk daerah pesisir, upaya menjaga, memelihara, dan mengembangkan ekosistem mangrove merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi dampak negatif badai tropis.

Mangrove merupakan pohon yang sangat kuat untuk menahan hantaman badai tropis dan berfungsi untuk mengurangi sampai mengancurkan kekuatan badai tropis itu sendiri. Untuk itu, khusus untuk kota-kota yang terletak di daerah pesisir seperti Jakarta diperlukan upaya penanaman mangrove dan pemeliharaan mangrove sepanjang pantai untuk melindungi properti berharga di perkotaan bukan malah mengembangkan bangunan di sekitar pantai.

*Penulis adalah dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor. (B012/Z003)

Oleh Bisman Nababan*
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013