Tbilisi (ANTARA) - Perdana Menteri Georgia Irakli Kobakhidze dalam pidato Hari Kemerdekaan, Minggu, mengatakan negaranya mampu menjaga perdamaian meskipun ada "pengkhianatan" dari politisi dan Presiden Salome Zourabichvili.

Georgia merayakan Hari Kemerdekaannya setiap tanggal 26 Mei.

“Persatuan dan langkah-langkah yang masuk akal dari rakyat dan pemerintahan terpilih mereka telah menjadikan kami mampu untuk menjaga perdamaian di negara ini selama dua tahun terakhir meski ada ancaman nyata dan banyak pengkhianatan, termasuk pengkhianatan presiden Georgia,” kata PM.

Georgia telah menemui banyak hal dalam 34 tahun terakhir, termasuk empat perang dan otoritarianisme, kata Kobakhidze.

Pengalaman masyarakat yang minim dan pengkhianatan politisi telah membuat Georgia kehilangan 20 persen wilayahnya “sementara”, katanya.

“Impian rakyat Georgia adalah hidup di Georgia yang bersatu dan kuat pada 2030 bersama dengan saudara dan saudari Abkhazia dan Ossetia kami,” kata PM di platform X.

Georgia masih menghadapi sejumlah tantangan, namun masyarakatnya lebih berpengalaman dibandingkan sebelumnya dan pemerintahnya melindungi kepentingan negara, kata Kobakhidze menambahkan.

Presiden Zourabichvili kerap mengkritik partai berkuasa Georgian Dream karena mengubah arah kebijakan luar negeri.

Kritikannya menjadi sangat tajam setelah parlemen mengesahkan undang-undang kontroversial tentang agen asing, yang presiden sebut "inkonstitusional dan Rusia".

Presiden juga berbicara tentang perlunya memberlakukan pembatasan hukum terhadap warga Rusia yang datang ke Georgia dan mengkritik otoritas karena melanjutkan penerbangan langsung dengan Rusia.


Sumber: Sputnik

Baca juga: Medvedev: Rusia bisa duduki wilayah Georgia yang memisahkan diri
Baca juga: Georgia merayakan Hari Kemerdekaan

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024