Ramallah (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry memulai pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Jumat malam (3/1) di Kota Ramallah, Tepi Barat, tempat rakyat berdemonstrasi menentang rencana kerangka kerja kesepakatan dengan Israel.

Pada Jumat pagi Kerry mengatakan ia tetap "berharap" Israel dan Palestina dapat mencapai kesepakatan dalam waktu dekat, demikian laporan harian Israel Haaretz yang dikutip kantor berita Xinhua.

Azzam El-Ahmad, seorang pejabat di Faksi Fatah, pimpinan Abbas, mengesampingkan kemungkinan Palestina akan menerima baik kerangka kerja kesepakatan tersebut, yang menetapkan garis besar kesepakatan yang lebih luas antara Israel dan Palestina pada masa depan.

"Kerry akan mengakhiri kunjungannya tanpa kemajuan atau memperoleh persetujuan Palestina mengenai rencana perdamaiannya," kata El-Ahmad kepada stasiun berita satelit yang berpusat di Dubai, Al-Arabiya.

Sejak kedatangannya di wilayah tersebut pada Kamis (2/1) larut malam dan sampai keberangkatannya ke Amman, Jordania, pada Sabtu (4/1), Kerry akan bolak-balik antara Ramallah dan Jerusalem, bertemu dengan para pejabat Palestina serta Israel.

Kedua pihak telah menyelesaikan dua-pertiga dari masa sembilan bulan yang ditetapkan ketika perundingan dilanjutkan pada Juli.

Palestina mengatakan mereka masih menahan diri untuk menyetujui gagasan keamanan Kerry, yang mereka katakan mengadopsi visi Israel dan memberi Israel semacam kendali antara Tepi Barat dan Jordania, perbatasan timur Palestina masa depan.

Pada Jumat pagi, ratusan warga Palestina berkumpul di Ramallah atas seruan Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (Democratic Front for the Liberation of Palestine/DFLP), satu anggota PLO, untuk memprotes rencana Kerry.

Ramzi Rabah, seorang pejabat DFLP, menyeru Abbas agar memberitahu Kerry bahwa Palestina menolak setiap kesepakatan peralihan, sementara atau yang memecah-belah.

(Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014