Tidak perlu secepat Shinkansen (kereta api cepat Jepang). Cukup 100 km per jam saja sudah sangat bagus. Pokoknya harus lebih cepat dari yang sekarang"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan menilai sudah saatnya Indonesia, khususnya Pulau Jawa, memiliki kereta api super cepat seperti beroperasi di negara-negara maju seperti Jepang, China dan Prancis.

"Realisasi pengoperasian kereta api super cepat sudah sangat mendesak karena Pulau Jawa membutuhkan alat transportasi darat yang andal dan mengangkut dalam jumlah besar," kata Dahlan usai membuka seminar BUMN Outlook 2014 di Jakarta, Rabu.

Menurut Dahlan, percepatan pengadaan kereta super cepat tersebut selain dapat mengatasi kemacetan, juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.

"Tidak perlu secepat Shinkansen (kereta api cepat Jepang). Cukup 100 km per jam saja sudah sangat bagus. Pokoknya harus lebih cepat dari yang sekarang," ujarnya.

Ia menambahkan, saat ini kecepatan tempuh kereta api Jakarta-Surabaya masih sekitar 5 jam. Jika dengan kereta api super cepat bisa ditempuh dengan hanya sekitar 2 jam.

Pemerintah sendiri saat ini sedang berencana membangun kereta super cepat Jakarta-Surabaya dengan investasi dibutuhkan mencapai Rp60-70 triliun yang bersumber dari dana hibah Pemerintah Jepang.

Saat ini proyek tersebut sedang memasuki tahap penyelesaian studi kelayakan, dengan alternatif rute masih dalam pembahasan yaitu Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang-Surabaya, dan rute Jakarta-Cikarang-Bandung-Cirebon-Semarang-Surabaya.

Menurut Dahlan, saat ini teknologi kereta super cepat hingga di atas 300 km per jam sehingga waktu tempuh antara Jakarta dan Surabaya hanya sekitar 2,5 jam.

"Tetapi China, saat ini menjadi negara dengan kereta api tercepat di dunia. Mereka terus melakukan inovasi, dan tidak lagi mengembangkan kereta api cepat jarak dekat, tapi sudah kereta jarak jauh ribuan kilometer," ujarnya.

Ia menggambarkan, kereta api China bisa menempu rute Beijing-Shanghai sekitar 3.000 kilometer dalam waktu tempuh dalam waktu sekitar 4-5 jam atau setara dengan Jakarta-Medan.

Meski begitu, Dahlan berpendapat realisasi pengoperasian kereta api super cepat di Tanah Air masih sulit karena membutuhkan pembangunan kereta baru yang relatif lurus.

"Saat ini jalur kereta kita masih merupakan peninggalan Belanda, yang relatif berkelok atau tidak cocok untuk jalur kereta super cepat," ujar Dahlan.

Fisik rel pun harus lebih lebar dari sekarang, ditambah keharusan pembebasan lahan dalam jumlah besar.

Terkait rencana Pemerintah tersebut, Dahlan mengaku BUMN belum ditugasi untuk ikut didalamnya.

"Belum tahu. Tapi, saya berpikiran kalau implementasi pembebasan lahan menjadi kendala, maka boleh juga jalurnya dibangun di atas laut," ujarnya.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014