Kiev (ANTARA News) - Setelah kehilangan kendali di Krimea, pemerintahan baru Ukraina berpaling ke para oligarkis demi mencegah separatisme di wilayah bagian timur negeri itu yang umumnya berbahasa Rusia.

Mereka telah menunjuk dua konglomerat untuk memimpin Donetsk dan Dnipropetrovsk yang pernah menjadi basis dukungan bagi presiden terguling Viktor Yanukovych.

Bos Uni Industrik Donbass berusia 58 tahun, Sergiy Taruta, ditunjuk memimpin Donetsk yang bergolak sejak Yanukovych kabur ke Rusia.

Kekayaan bersih Taruta menurut perkiraan majalah Forbes mencapai 600 juta dolar AS. Pencalonan dia didukung Rinat Akhmetov yang adalah orang terkaya di Ukraina.

Akhmetov pernah menyokong Partai Kawasan pimpinan Yanukovych dan seperti Yanukovych dia asli Donetsk. Namun dia kemudian menjaga jarak dari presiden terguling tersebut.

Akhmetov menyebut penggunaan kekuatan dari luar di Ukraina sebagai tak bisa diterima.  Ucapannya ini merujuk pengambilalihan secara de facto Krimea oleh pasukan Rusia pekan lalu.

Di Dnipropetrovsk, gubernur baru adalah Igor Kolomoiski (51) yang adalah pemilik grup usaha perbankan dan pertambangan yang amat berkuasa di Ukraina.  Pemimpin komunitas Yahudi Ukraina ini memiliki kekayaan 2,4 miliar dolar AS.

"Para oligarkis sangat berkepentingan dalam menjaga kedaulatan Ukraina. Di bawah (Presiden Rusia Vladimir) Putin, mereka akan kehilangan kekuasaan dan bisnis mereka," kata Taras Berezovets, pengamat politik, kepada AFP.

Kedua konglomerat ini menyatakan menerima posisi gubernur demi menghadapi rencana Rusia menyebarkan pengaruhnya ke selatan dan timur Ukraina.

"Putin tidak normal.  Dia gila dengan misinya membangun kembali kekaisaran Rusia," kata Kolomoiski. "Separatisme tak akan terjadi di Dnipropetrovsk."

Putin membalas kata-kata Kolomoiski itu dengan menyebut dia "sampah" dan "bajingan".

Sedangkan Taruta menyebut keputusan parlemen Rusia mengizinkan Putin menggunakan kekuatan di Ukraina sebagai mengerikan dan menegaskan bahwa kelemahan ekonomi Ukraina membuatnya rentan dari ancaman semacam itu.

Pemerintahan baru Ukraina tidak mempunyai tuas yang efisein di wilayah timur dan selatan yang pro-Rusia, kata analis politik Volodymyr Fesenko.

"Para elite yang memiliki kaitan dengan Partai Kawasan (Yanukovych) terdemoralisasi, demikian juga pemerintahan daerah dan penegak hukum," sambung dia. "Mereka takut bertindak, tak tahu siapa yang nanti berkuasa".

Para oligarkis yang mengendalikan perekonomian Ukraina menampung ratusan ribu pekerja dan sudah lama membangun patronasen dengan elite daerah dan penegak hukum, sehingga membantu mereka mengendalikan daerah-daerah.

Namun bagi banyak warga Ukraina yang muak oleh korupsi, kekuasaan para oligarkis dipandang hanya untuk memperkaya diri mereka sendiri.

"Mereka memiliki sumber administratif dan keuangan maha besar," tulis jurnal bisnis Ekonomichna Pravda.

Berezovets mengatakan kekuasaan para oligarkis akan menentukan presiden Ukraina mendatang yang akan dipilih 25 Mei nanti.

Para analis memperkirakan para konglomerat akan mempertahankan atau meningkatkan pengaruh mereka jika mantan petinju Vitali Klitschko yang memimpin gerakan demontrasi menang menjadi presiden Ukraina nanti, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014