Batam (ANTARA News) - Direktur Pengelola Dana Moneter Internasional (IMF) Rodrigo de Rato mengajak negara-negara G7 dan pasar utama yang sedang tumbuh untuk kembali ke pembicaraan Putaran Doha 2001 yang dihentikan sementara Juli lalu. "Taruhannya terlalu tinggi untuk menerima kekeliruan," ujarnya dalam pembukaan Sidang Tahunan IMF dan Bank Dunia (BD/WB) di Singapura, Selasa. Putaran Doha bertujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan perdagangan dalam rangka meyakinkan negara-negara berkembang akan mendapat manfaat dari perdagangan yang lebih bebas. Liberalisasi perdagangan multilateral yang dibahas di Doha, ibukota negara Qatar, pada 2001 dihentikan sementara pada Juli lalu karena terjadi perbedaan mendalam mengenai langkah-langkah mengakhiri subsidi pertanian di negara-negara maju dan keinginan negara-negara berkembang dan pasar yang baru tumbuh agar diberi akses untuk memasuki industri barang. De Rato menyeru negara maju dan yang sedang bangkit untuk secepatnya campur tangan meletakkan kembali pembicaraan ke atas relnya. Ia mengatakan dunia sekarang berdiri di dua jalan. Satu maju menuju pertumbuhan lebih besar, dan satu di jalan kembali ke nasionalisme sempit. Di tempat yang sama, Presiden WB Paul Wolfowitz menyorot pentingnya perang melawan korupsi. Ia mengatakan, tatakelola pemerintahan yang baik bukanlah akhir, melainkan lebih sebagai dasar bagi langkah ke luar dari kemiskina, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan. Mengenai pembicaan liberalisasi perdagangan dalam Putaran Doha, Wolfowitz mengemukakan, gagasan baru diperlukan dan semua pihak menerima kompromi. "Bukan hanya Amerika Serikat tetapi juga negara-negara berkembang seperti China, India dan Brasil," katanya.. Tuan rumah, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menilai globalisasi adalah harapan terbaik untuk memperbaiki kehidupan penduduk dunia. Oleh sebab itu, katanay dikutip Channel News Asia, meski dilanda krisis ekonomi 1997, perekonomian Asia tak keluar dari globalisasi sebab meyakini bahwa pembukaan pasar adalah cara untuk mencapai kemajuan. Kini, katanya, walaupun bantuan dan mekanisme pengawasan regional berguna, tetapi tidak dapat menggantikan peran lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan WB dalam memelihara stabiltas keuangan dan perdagangan global. Ia mengatakan, IMF maupun WB dalam memperkuat peran maupun legitimasinya ke depan, perlu mereformasi kedua institusi tersebut serta menempatkan di dalamnya perwakilan yang lebih seimbang dan mencerminkan kenyataan sekarang ketimbang konfigurasi kekuatan berdasarkan sejarahan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006