Jakarta (ANTARA News) - Debat antarpasangan calon presiden dan wakil presiden yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum selama masa kampanye 4 Juni - 5 Juli 2014, menjadi momentum yang ditunggu-tunggu publik, menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014.

Debat menjadi ajang yang ditunggu-tunggu karena publik dapat mengikuti berbagai materi yang diperdebatkan, cara masing-masing pasangan menyampaikan gagasan dan rencana programnya, dan bagaimana mereka menyikapi pasangan pesaingnya.

KPU telah mengagendakan lima kali acara debat terbuka selama masa kampanye yang ditayangkan langsung oleh berbagai stasiun televisi nasional. Debat terbuka pertama pada 9 Juni 2014 antarpasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan tema "Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih, dan Kepastian Hukum" yang disiarkan langsung oleh SCTV, Indosiar dan Berita Satu TV.

Debat kedua pada 15 Juni 2014 antarcapres Prabowo Subianto dan Joko Widodo dengan tema "Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial" yang disiarkan Metro TV.

Debat ketiga pada 22 Juni 2014 antarcapres Prabowo Subianto dan Joko Widodo dengan tema "Politik Internal dan Ketahanan Nasional" yang disiarkan TV One dan ANTV.

Debat keempat pada 29 Juni 2014 antarcawapres Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla dengan tema "Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Iptek yang disiarkan RCTI, MNC TV, dan Global TV.

Debat kelima pada 5 Juli 2014 antarpasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan tema "Pangan, Energi, Lingkungan" yang disiarkan TVRI dan Kompas TV.

Dalam menyusun materi debat itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengajak sejumlah pakar ke dalam sebuah tim ahli seperti Rektor UGM Pratikno, Ketua Forum Rektor Indonesia sekaligus Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Rafiq Karsidi, peneliti LIPI Siti Zuhro, Guru Besar Ilmu Politik Unair Ramlan Surbakti, Dekan Fisip Unair Basis Susilo, Ekonom dari UGM Tony Prasetiantono, dan Guru Besar Hukum UI Hikmahanto Juwana.

Komisioner KPU Sigit Pamungkas menyebutkan tim ahli itu membuat tema-tema debat dan merumuskan alur debat, kemudian di setiap tema debat ada diskusi kecil oleh para ahli terkait bidang atau tema yang didebatkan.

Diskusi kelompok kecil dilakukan guna membahas materi yang akan diangkat dalam debat, sedangkan untuk pertanyaan debat disusun oleh KPU dengan menerima masukan dari tim ahli tersebut.

Tim ahli juga berperan dalam memutuskan salah satu dari lima kandidat moderator yang dipandang memiliki keahlian dan kemampuan pada materi debat. Penentuan moderator ditetapkan beberapa hari menjelang pelaksanaan debat untuk menjaga independensi moderator tersebut agar tidak diintervensi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

KPU semula menyusun urutan lima kali forum debat, mulai dari debat antarcapres, antarcawapres, antarcapres, antarcawapres, dan antarpasangan capres dan cawapres. Setelah berdiskusi dengan tim kampanye dari masing-masing pasangan calon, akhirnya, disepakati pelaksanaan debat dilakukan mulai dari antarpasangan capres dan cawapres, antarcapres, antarcapres lagi, antarcawapres, dan diakhir dengan debat antarpasangan capres dan cawapres.

Debat dan lima kali debat merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, khususnya pada pasal 38-39.

KPU juga memastikan bahwa setiap pelaksanaan debat, dilakukan evaluasi. Komisioner KPU Arief Budiman mengakui debat perdana yang berlokasi di Balai Sarbini memerlukan perbaikan banyak hal. Menurut dia, banyak yang memberi masukan. "Saya tidak mengatakan debat kemarin buruk, seperti kenapa peserta debat tidak duduk saja, posisinya berhadapan seperti dialog sehingga tidak tampak tegang, tempat yang terlalu sempit, termasuk juga penonton yang terlalu sering diingatkan untuk tidak tepuk tangan," katanya.


Bisa menilai

Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta Joko Widodo dan Jusuf Kalla dipandang sebagai empat putra terbaik bangsa yang menunjukkan kesediaan dan kesiapannya untuk dipilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019 melalui ajang pemilihan umum.

Keempat tokoh itu juga mampu menyampaikan gagasan dan rencana program kerjanya melalui debat.

Dalam debat perdana, misalnya, kedua pasangan berupaya untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa mereka layak dipilih untuk memimpin negeri dengan 250 juta penduduk.

Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y Thohari mengemukakan, dua calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014 bertipe pemimpin dan pengabdi.

"Kedua tipe tersebut memiliki ciri masing-masing. Figur yang bertipe pemimpin adalah pandai berpidato secara indah dan mengutamakan protokoler sedangkan figur pengabdi tidak mengutamakan pandai berpidato dan protokoler tetapi lebih mengutamakan bekerja," katanya.

Akademisi dari Universitas Nusa Cendana Kupang Rafael Leta Levis berpendapat aspek menarik yang harus disimak mendalam dari debat kandidat capres-cawapres adalah membedah persoalan bangsa secara konseptual dan manajerial.

"Apabila dicermati lebih saksama, dalam debat tersebut capres Prabowo Subianto lebih strategis dan konseptual sedangkan Jokowi lebih pada manajerial berdasarkan pengalaman masing-masing, sehingga saling melengkapi," katanya menanggapi debat yang berlangsung 9 Juni lalu.

Dalam debat tersebut, kedua pasangan menyatakan keberagaman adalah harga mati, untuk itu, kedua pasangan juga mencontohkan sejumlah tindakan dalam melaksanakan keberagaman.

Prabowo mencontohkan, mengajukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Wakil Gubenur DKI Jakarta meskipun dari etnis minoritas, seorang keturunan Tiong Hoa dan beragama Kristen, untuk menjadi Wakil Gubernur DKI, mendampingi Gubernur DKI Joko Widodo dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2012.

Sedangkan Jokowi mencontohkan, dirinya tetap mempertahankan Lurah Susan Jasmine Zulkifli yang beragama nonmuslim untuk tetap memimpin Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, meskipun ada penolakan karena alasan agama.

Dalam kesempatan itu, Prabowo Subianto mengatakan, perlunya peningkatan kesejahteraan kepada para penegak hukum dan juga para pejabat setara dengan tanggung jawabnya untuk mencegah terjadinya korupsi. Prabowo juga menyatakan, dirinya akan menjaga dan membela hak asasi manusia.

Joko Widodo dalam kesempatan itu mengatakan perlunya efektivitas pemerintahan dengan melaksanakan kebijakan yang telah dihasilkan. Politik anggaran untuk memastikan agar pemerintah daerah seiring sejalan dengan pemerintah pusat, dan memastikan birokrasi yang efektif.

Prabowo menutup dengan kalimat, "Kita ingin rakyat kita hidup sejahtera, kita ingin berdiri di atas kaki kita sendiri, kita ingin menjadi negara yang terhormat, rakyat yang sejahtera rakyat yang tenang dengan masa depannya," katanya.

Joko Widodo menutup dengan pernyataan, "Pembangunan demokrasi, pemerintah yang bersih dan kepastian hukum adalah hal utama."

Menurut Leta Levis, capres dan cawapres menunjukkan bagaimana masing-masing tokoh memberikan pemahaman dan tanggapan terhadap isu yang diketengahkan dalam debat itu. Masyarakat tentu bisa menilai dari berbagai aspek mengenai calon yang hendak dipilih.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun memberikan tanggapan yang positif atas pelaksanaan dan paparan para capres dan cawapres terkait masalah pemerintahan yang bersih dan penegakan hukum.

"Debat capres dan cawapres, saya 10 tahun sebagai presiden mendengar apa yang disampaikan oleh capres dan cawapres, saya senang, mendengar langsung semangat, komitmen dan keinginan kuat dari beliau-beliau untuk memberantas korupsi," kata Presiden. Presiden berharap tetap konsisten dan konsekuen serta sungguh-sungguh memberikan dukungan terhadap pemberantasan korupsi.

Kecuali Jusuf Kalla yang pernah menduduki jabatan Wakil Presiden periode 2004-2009 dari hasil Pemilu 2004, tiga tokoh yang menjadi calon tersebut belum pernah menduduki jabatan yang kini mereka incar. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan rakyat agar memilih mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Materi debat yang mereka sampaikan menjadi salah satu indikator bagi mereka untuk meyakinkan publik.

Hasil debat tentu saja dapat memengaruhi preferensi pemilih. Betapa tidak, sikap dan karakter serta penampilan para calon tersebut dapat terlihat dalam debat itu.

Jadi siapa yang lebih mampu meyakinkan hati rakyat, itulah yang bakal menakhodai Republik ini.

Oleh budi setiawanto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014