... jawaban kedua calon ini sungguh normatif dan tidak ada kedalamannya... "
Jakarta (ANTARA News) - Seorang pengamat politik menilai pemilih mengambang atau pemilih yang belum menentukan pilihannya (swing voters) masih menunggu karena penampilan calon presiden dalam debat masih dalam kategori biasa.

"Calon presiden hanya bicara yang umum saja tidak ada yang menukik. Ini yang membuat swing voters belum menentukan sikap," kata pengamat dari Universitas Sriwijaya, Joko Siswanto, yang dihubungi dari Jakarta, Senin.

Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Selatan itu menyatakan kecewa dengan penampilan kedua calon presiden, yakni pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, yang terjebak karena ingin bermain "aman" agar tetap populer.

Menurut dia, ini suatu kemunduran karena debat presiden telah tiga kali dari lima yang dijadwalkan KPU. Adapun, debat ketiga digelar Minggu malam (22/6) bertemakan Politik Internasional dan Ketahanan Nasional.

"Semua calon mengatakan, menjaga ketahanan nasional sama dengan mempertahankan kedaulatan wilayah. Prabowo dan Jokowi sama-sama mengatakan siap melakukan apapun untuk menjaganya. Tentu saja untuk  jawaban seperti ini semua warga negara Indonesia pasti bisa," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini.

Demikian juga pertanyaan langkah yang akan diambil untuk merespon konflik di Laut Cina Selatan setelah terpilih nanti. Menurut dia, keduanya sama saja dengan mengulang prinsip politik luar negeri Indonesia yang telah diketahui masyarakat yakni bebas-aktif.

"Semalam yang melulu dibahas hanya mengenai alat sistem utama persenjataan, mengapa tidak mengerucut mengenai bagaimana cara mengajak masyarakat turut berperan? Jadi menjaga ketahanan nasional bukan tugas TNI atau Polri semata," kata alumnus Universitas Gadjah Mada ini.

Ia menilai, kedua calon pemimpin bangsa ini luput membahas mengenai hak dan kewajiban warga negara dalam menjaga ketahanan nasional, di antaranya isu wajib militer dalam kerangka komponen cadangan nasional.

"Bagi orang-orang yang memahami masalah, melihat jawaban kedua calon ini sungguh normatif dan tidak ada kedalamannya. Seharusnya, saat bicara ketahanan nasional tidak sebatas keterkaitan dengan kesejahteraan tapi ada unsur budaya, ideologi, dan sosial prabwo di sana," katanya.

Berlandaskan pendapat itu, ia berkeyakinan para swing voters yang disebut-sebagai penentu kemenangan belum menentukan sikap. Berbagai institusi survei mengalkulasi swing voters itu hingga 20-22 persen pemilih. 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014