Kiev (ANTARA News) - Drone tanpa senjata pertama kali tiba di Ukraina, Senin, untuk membantu Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) memantau pelaksanaan gencatan senjata selama satu bulan di wilayah timur separatis, kata kelompok keamanan Eropa.

OSCE akan mengerahkan empat pesawat tanpa awak atau drone di sepanjang perbatasan Ukraina dengan Rusia dan di zona perang sebagai bagian dari perjanjian damai yang disepakati oleh Moskow dan Kiev pada tanggal 5 September, kata juru bicara OSCE Michael Bociurkiw kepada AFP.

Dia mengatakan drone tersebut masih dalam proses kepabeanan dan hanya bisa digunakan setelah diperkuat oleh tim ahli sipil yang mengendalikannya dari darat.

Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, Minggu (5/10), bahwa Prancis dan Jerman juga berniat untuk mengirimkan drone ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang.

Bociurkiw mengatakan saat ini masih belum jelas apakah kendaraan pengintai tanpa awak tersebut akan menjadi bagian dari misi OSCE atau akan terbang secara terpisah.

"Negosiasi sedang berlangsung pada tingkat yang sangat tinggi," katanya seperti dilansir AFP.

Dia menambahkan OSCE bermaksud melipatgandakan kapasitas pantauan misi di timur Ukraina dari 80 menjadi 160 personel. Seluruh tim dalam bekas negara Soviet yang dilanda perang itu juga akan tumbuh dari 250 menjadi 500 anggota staf.

"Kami akan tetap menjalankan misi sipil tanpa bersenjata," kata Bociurkiw.

Perjanjian 5 September juga ditandatangani oleh kedua pemimpin separatis yang menyerukan gencatan senjata dengan segera dan negosiasi tentang status masa depan Rusia dan Ukraina.

Hal itu diperkuat dengan kesepakatan 19 September untuk mendirikan zona penyangga 30 kilometer (19 mil) di sepanjang garis depan dan menarik kembali senjata terberat mereka dari desa-desa dan kota-kota di wilatah timur.

Parlemen Ukraina secara terpisah menyetujui usulan Presiden Petro Poroshenko agar wilayah yang dikuasai pemberontak menikmati tiga tahun otonomi terbatas ketika negosiasi politik terus berlanjut.

Perjanjian tersebut membantu terwujudnya pertempuran yang tenang di sebagian besar wilayah. Tapi kekerasan sporadis telah menewaskan 80 tentara Ukraina dan warga sipil serta jumlah yang tidak diungkapkan dari kubu pemberontak sejak kesepakatan pertama ditandatangani.

Kelompok bersenjata pro-Rusia terus menggelar razia setiap hari di bandara utama di luar kubu utama mereka di Donetsk, dan pemimpin separatis telah berjanji untuk mengadakan pemilihan umum sendiri pada awal bulan depan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014