Jakarta (ANTARA News) - Perlunya diversifikasi energi merupakan jawaban mengapa Pemerintah tetap akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), selain energi alternatif lainnya seperti ditargetkan dalam "energy mix" nasional 2025. "Harus ada diversifikasi. Semua jenis energi alternatif harus dikembangkan, karena jika hanya memilih satu atau dua jenis saja, belum tentu di masa depan energi yang terpilih itu mampu memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat," kata Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, Marzan Aziz Iskandar, pada Biofuel Car`s Road Show Jakarta-Bandung di Jakarta Minggu. Satu persen pertumbuhan ekonomi, ujarnya, membutuhkan dua persen pertumbuhan energi, karena itu jika target pertumbuhan ekonomi nasional enam persen, maka dibutuhkan pertumbuhan energi 12 persen. Menurut dia, usulan sejumlah LSM bahwa rencana PLTN dibatalkan saja dan diganti dengan memperbesar porsi target energi lainnya, seperti energi panas bumi, energi surya atau angin yang juga potensial, sulit diterima. Dikatakan Marzan, soal energi panas bumi sudah mendapat porsi 3,8 persen dalam target 2025, juga energi surya, biofuel, air, hingga energi angin, sementara energi nuklir mendapat porsi dua persen saja. Soal risiko, ujarnya, PLTN saat ini sudah jauh lebih aman dibanding teknologi 10 tahun lalu, karena itu masyarakat sudah seharusnya tidak khawatir mengenai bakal dibangunnya PLTN Muria mulai 2010 untuk dioperasikan pada 2016. Sejumlah LSM menyatakan protesnya atas perjanjian Kerjasama Keamanan Indonesia-Australia yang akan ditandatangani Menlu Hassan Wirajuda dan Menlu Australia Alexander Downer, di Lombok, Senin, yang salah satu bagiannya juga mencakup program pembelian uranium Australia dalam pengembangan PLTN Muria. Disebutkan pula, selain nuklir yang berisiko besar, masih ada beberapa jenis energi alternatif lain yang potensial dan bisa dikembangkan secara luas di Indonesia, seperti energi panas bumi berkaitan dengan kepulauan Indonesia yang berada di jalur vulkanik atau energi matahari berkaitan dengan Indonesia yang terletak di kawasan tropis. Indonesia, akunya, memang berpotensi untuk mengembangkan energi panas bumi karena berada di jalur vulkanik, tetapi untuk menjangkau ke lokasi vulkanik tempat membangun pembangkitnya memakan jarak yang jauh. Marzan juga mengatakan energi terbarukan sudah seharusnya ditingkatkan berkaitan dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara. Cadangan dunia untuk gas saat ini hanya tersisa 1,4 persen, minyak bumi 0,5 persen dan batubara 3,1 persen. (*)

Copyright © ANTARA 2006