Luanda (ANTARA News) - Angola, produsen minyak terbesar kedua di sub-Sahara Afrika, berupaya menjadi anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memperoleh keuntungan dengan masuknya ke organisasi tersebut, kata pemerintah, Kamis. "Dewan Menteri mengatakan mereka mendukung Angola menjadi anggota OPEC," kata jurubicara Kementerian Keuangan, Bastos de Almeida, kepada AFP. "Dengan masuk OPEC, Angola tak akan lagi dikeluarkan dari proses penetapan kuota," katanya, dan menambahkan bahwa negeri itu juga akan mendapatkan keuntungan keuangan yang besar dengan bergabung ke organisasi minyak tersebut. Analis ekonomi Mario Pavio mengatakan upaya Angola untuk bergabung itu pada "saat yang tepat ketika tuntutan global terhadap minyak, khususnya dari negara-negara seperti China, meningkat dengan cepat". Tetapi ia memperingatkan bahwa merundingkan kuota Angola bisa jadi merupakan upaya yang ketat. "Anggola mememerlukan paling tidak mempertahankan jika tidak meningkatkan produksi untuk membiayai program pembangunannya kembali," setelah perang saudara selama 27 tahun yang berakhir pada tahun 2002. Pavio mengatakan Luanda juga harus "membuat variasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan yang melumpuhkan terhadap produksi minyak". Negara di Afrika sebelah selatan itu, yang meliputi daerah kantong Cabinda yang kaya minyak itu terdapat diantara dua wilayah Kongo, kini memproduksi 1,4 juta barel per hari dan bertujuan meningkatkan angka ini hingga dua juta barel pada akhir tahun depan. Kekayaan minyaknya yang banyak itu berjumlah 80 persen produksi membawa kekayaan yang besar, tetapi kritik mengatakan itu tak mencukupi, karena lebih dari 70 persen rakyat Angola masih hidup dalam kemiskinan yang parah. Pada tahun 2005, Angola memiliki perekonomian yang tumbuh tercepat kedua di dunia, dengan angka pertumbuhan Produk domestik bruto (GDP) sebesar 20,6 persen, menurut Dana Moneter Internasional. OPEC pada Februari tahun ini mengadakan pembicaraan informal tentang pemberian izin kepada Angola, Ekuador dan Sudan di Venezuela. Menteri Perminyakan Saudi, Ali al-Nuaimi saat itu mengatakan: "Kami menyambut negara pemproduksi dan pengekspor minyak yang ingin menjadi anggota OPEC. Lebih banyak lebih baik -- karena kami merupakan organisasi yang besar". Pada Minggu, Rafael Correa -- pemenang pemilihan presiden Ekuador -- mengatakan negaranya akan berupaya menjadi anggota OPEC kembali, dengan mengatakan: "Hanya bersatu negara-negara pemproduksi minyak akan dapat melawan `negara-negara hegemoni dunia` ". Sejumlah perusahaan minyak asing berdatangan ke Angola, yang mana beberapa cadangan minyak baru ditemukan dalam waktu-waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi diramal sebesar 15 persen tahun ini adapun produksi minyak menuju dua juta barel per hari pada tahun 2007, yang mempersempit gap dengan Nigeria, produsen minyak utama Afrika, yang memproduksi 2,6 juta barel per hari untuk diekspor. Produksi minyak Angola pada tahun 2005 meningkat hingga 10 miliar dolar (7,6 miliar euro), meningkat dari 5,6 miliar dolar setahun sebelumnya, menurut Dana Moneter Internasional. Meskipun kekayaan minyaknya, negara itu berada pada urutan di bawah dari 10 negara skala pembangunan PBB. Angola dalam kecaman karena cara produksi minyaknya yang ditangani dengan kelompok-kelompok hak-hak asasinya yang menuduh pemerintah Presiden Eduardo dos Santos korupsi dan salah urus ekonomi. Menurut Human Right Watch, lebih dari empat miliar dolar (tiga miliar euro) dalam produksi minyak menghilang dari kas negara antara 1997 hingga 2002. (*)

Copyright © ANTARA 2006