Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Hidayat Nurwahid, menyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus mengoreksi berbagai problema yang terjadi di tanah air sepanjang 2006 guna memperbaiki kinerjanya pada 2007. "Dari koreksi itu nantinya diperoleh solusi untuk mengatasi berbagai problema selama 2006 itu," katanya seusai mengikuti acara 'Dzikir Nasional Menyambut Tahun Baru', di Jakarta, Minggu (31/12) malam. Menurut Hidayat, berbagai problema yang pernah terjadi pada 2006 itu harus segera diatasi, seperti masalah dampak kenaikan harga BBM pada masyarakat luas, terjadinya kelangkaan minyak tanah, kemudian terjadinya bencana, termasuk masalah lumpur panas Lapindo Brantas, serta penebangan hutan. Terkait hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan 67 persen masyarakat merasa puas dengan kinerja pemerintah, Hidayat berpendapat hal itu seharusnya tidak membuat duet pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla menjadi terlena. "Sebaliknya Presiden Yudhoyono harus lebih produktif lagi sebagai `spirit` atas kepercayaan publik yang diberikan melalui hasil LSI tersebut," katanya. Bahkan, dari hasil LSI itu kinerja Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla diharapkan lebih fokus lagi demi kesejahteraan rakyatnya pada 2007. Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menilai tahun 2007 akan tetap menjadi panggung Yudhoyono bila tidak ada kekuatan oposisi kredibel yang lebih mewakili aspirasi dan berorientasi ke depan. Penilaian LSI itu disampaikan peneliti LSI, Anies Baswedan, dalam acara Evaluasi Publik Akhir Tahun dan Dinamika Politik Ekonomi Indonesia 2007 di Hotel San Pasifik Jakarta, Kamis. Hadir juga Direktur Eksekutif Cides, Umar Juoro, dan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicated, Sukardi Rinakit. Hasil survei sejak 18-22 Desember 2006 dengan jumlah sampel 1.227 dan metodologi multistage random sampling di 33 provinsi itu menyebutkan bahwa secara umum terjadi peningkatan kepuasan publik atas kinerja Presiden-Wakil Presiden pada 2006 dibanding 2005. "LSI menyimpulkan sepanjang 2006, ada semacam kelumpuhan oposisi. Setiap upaya untuk melawan Presiden di DPR berakhir dengan kekalahan," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007