Kami menyampaikan ajakan secara umum supaya pimpinan gereja setempat membina umatnya, supaya belajar hidup dengan agama lain, hidup damai, masyarakat Pancasila
Jakarta (ANTARA News) - Uskup Agung Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar OFM, turut bersimpati atas pembubaran Sholat Idul Fitri yang dialami Umat Islam di  Karubaga, Tolikara, Papua Jumat (17/7) lalu.

"Kami membuat pernyataan bersimpati kepada Umat Islam. Kami tidak setuju dengan pihak gereja setempat yang melarang Umat Islam beribadah di Hari Raya Idul Fitri," ujar Leo kepada ANTARA News melalui sambungan telepon, Sabtu.

Dia juga menanggapi soal keputusan pihak Gereja Injil di Indonesia (GIDI) yang melarang kehadiran Islam dan gereja-gereja lain. Menurut Leo, hal ini aneh.

"Ada surat dari GIDI, jangan kumpul besar-besaran karena menganggu. Ada juga klausul (dalam surat) yang tidak menghendaki kehadiran Islam dan gereja-gereja lain. Itu aneh. Bagaimana bisa melarang agama lain," kata dia.

Mengenai upaya untuk mencegah ketegangan terutama yang menyangkut agama di Papua, menurut Leo, masing-masing tokoh agama perlu memberikan pembinaan pada umatnya.

"Kami menyampaikan ajakan secara umum supaya pimpinan gereja setempat membina umatnya, supaya belajar hidup dengan agama lain, hidup damai, masyarakat Pancasila," ujar dia.

Pembinaan ini, kata Leo, di antaranya melalui pengkhayatan nilai-nilai Pancasila.

"Pengkhayatan Pancasila juga masuk dalam pembinaan, mesti disampaikan. Namun, kepentingan lain seringkali lebih kuat," kata Leo.

Leo mengungkapkan, ketakutan Umat Kristiani bahwa Umat Islam akan menyebarkan agama di sana menjadi salah satu pemicu ketegangan di tanah Papua.

Di samping itu, lanjut dia, ketegangan antar umat beragama di Papua juga bisa terjadi karena unsur persaingan di bidang ekonomi.

"Ketegangan biasanya terjadi, ada perasaan persaingan. Umat Islam itu biasanya menguasai pasar-pasar," kata dia.

"(Pendatang) dari Jawa, Buton, itu kan menguasai perdagangan. Masyarakat asli mungkin ada semacam kecemburuan, iri hati," tambah Leo. 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015