Sidoarjo (ANTARA News) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menerima tiga jenazah Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Sabak Berenam, Selangor, Malaysia yang terjadi Kamis (3/9) sekitar pukul 10.30 waktu setempat.

"Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dalam menghadapi cobaan ini dan amalnya diterima di sisi Allah SWT," ujarnya di sela menerima kedatangan jenazah di Terminal Kargo Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Senin malam.

Tiga jenazah itu adalah pasangan suami istri Tosan (60) dan Sunariyeh (52) asal Pegantenan Pamekasan-Madura dan Suryanti (37) asal Ponggok, Kabupaten Blitar.

Ketiga jenazah tersebut diangkut menggunakan pesawat terbang komersial Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 324 asal Jakarta yang mendarat sekitar pukul 19.45 WIB.

Sekitar satu jam berselang, tiga peti jenazah tiba di terminal kargo dan disambut Wagub Jatim, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim Sukardo dan stafnya, serta disambut isak tangis keluarga korban.

Dalam kasus ini, kata Saifullah, pemerintah tak melihat asal-usul korban yang datang ke Malaysia melalui jalur resmi atau tidak.

"Tinggalkan polemik itu dulu. Mereka ini WNI dan menjadi korban kecelakaan dan pemerintah wajib melindunginya," ucap Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Sementara itu, salah seorang keponakan korban, Abdul Aziz mengaku terkejut menerima kabar dari KBRI Malaysia bahwa paman dan bibinya menjadi korban kapal tenggelam dan ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

"Terakhir saya ditelepon Rabu (2/9) malam oleh paman dan mengabari kalau mau pulang karena ada hajatan pernikahan keluarganya. Tapi saat perjalanan terjadi kecelakaan," kata keponakan korban Tosan-Sunariyeh

Di Malaysia, semasa hidupnya Tosan bekerja sebagai tukang bangunan di kawasan Perak dan sudah lebih dari dua tahun tinggal di sana.

Hal senada disampaikan Imam Sunyoto, adik kandung korban Suryanti asal Blitar, yang mengaku belum percaya kakaknya merupakan satu di antara puluhan korban meninggal dunia kapal tenggelam.

Keduanya berkomunikasi terakhir pada Rabu (2/9) malam. Suryanti mengabari akan pulang karena rindu kepada dua anak beserta keluarganya di kampung halaman.

"Kakak saya sudah enam tahun di sana dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Niatan menjenguk anaknya di Blitar tak kesampaian karena terjadi musibah saat perjalanan ke Indonesia," kata Imam yang mengaku tak ada firasat apa pun sebelumnya.

Kapal kayu dengan ukuran panjang sekitar 15 meter dan lebar tiga meter yang ditumpangi sekitar 100 orang WNI yang diduga tak berizin tenggelam di daerah Sabak Berenam, negara bagian Selangor, sekitar 10 mil dari pantai Malaysia, Kamis (3/9), pukul 10.30 waktu setempat. 

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015