jika dipotong biaya benih dan pupuk, kami mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp3 juta, atau paling rendah Rp1,5 juta setiap bulannya
Singaraja (ANTARA News) - Kalangan petani Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali membudidayakan tanaman kol yang memiliki ukuran produktivitas cukup tinggi, sehingga petani mampu meraup keuntungan Rp3 juta per dua bulan (sekali tanam).

"Kami membudidayakan tanaman kol karena sangat cocok ditanam di daerah kami yang beriklim sejuk," kata Nengah Sukadi, salah seorang petani di desa setempat, Minggu.

Sukadi menjelaskan, ia membudidayakan tanaman kol jenis lokal pada lahan seluas 60 are (1 are=100 m2) yang berlokasi di lahan pribadi masih dalam Kawasan Danau Buyan, salah satu danau terbesar di daerah itu.

Menurut dia, lahan seluas itu dapat menampung sekitar 1.000 bibit kol yang didapat dari penjual bibit yang masih dalam lingkup desa setempat.

Sukadi memaparkan, pada awal proses penanaman sampai proses panen memerlukan waktu paling cepat 1,5 bulan dan paling lama dua bulan.

Selama periode tersebut, ia melakukan perawatan dengan memberikan pupuk organik buatan warga setempat dan selalu rutin memberikan tambahan pupuk kimia untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman kol.

Mengenai modal pembudidayaan, ia mengatakan menghabiskan total biaya untuk beli bibit dan pupuk sampai Rp1 juta dari awal penanaman hingga akhir (masa panen).

Sementara itu, dalam satu kali masa panen, ia menghasilkan kol sebanyak 10 kuintal, satu kilogramnya dijual dengan harga Rp4.000 perkilogram kepada pengepul yang siap menjual ke beberapa daerah di Denpasar dan beberapa kota lainnya di Bali.

"Jadi, jika dipotong biaya benih dan pupuk, kami mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp3 juta, atau paling rendah Rp1,5 juta setiap bulannya," kata dia.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015