Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menegaskan Indonesia harus mendukung Palestina menjadi negara merdeka dari penjajahan, karena tidak cukup hanya pengibaran bendera Palestina di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Saya anggap ini baru peristiwa simbolik (pengibaran bendera Palestina di Markas PBB), harus ada yang lebih substantif yaitu pengalian penuh terhadap kedaulatan negara Palestina," katanya di Gedung Nusantara III, Jakarta, Kamis.

Fahri Hamzah mengingatkan pesan Presiden Pertama RI Soekarno bahwa kemerdekaan Palestina merupakan perjuangan abadi bangsa Indonesia.

Menurut dia, hal yang penting saat ini adalah pengakuan penuh terhadap kedaulatan Palestina dan keluar dari intervensi Israel serta negara-negara lain.

"Menyiapkan pemilu yang independen dan kerja sama internasional untuk membantu Palestina siapkan pemilu dan pemerintahan baru," ujarnya.

Dia menjelaskan tahapan bantuan kepada Palestina agar menjadi negara merdeka adalah membantu proses transisi kemudian dalam proses pemilu.

Setelah itu, menurut dia , membantu Palestina dalam pembangunan pemerintahan yang utuh dengan kawasan yang diakui pemerintahan Palestina saat ini.

"Pada dasarnya operasi masih terjadi, invasi terhadap tanah orang Palestina masih terjadi setiap hari," katanya.

Fahri menilai ada pihak yang khawatir apabila Palestina menjadi negara merdeka dan independen karena Palestina punya cara advokasi kejahatab yang dilakukan Israel selama ini.

Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen DPR, Nurhayati Assegaf menilai pengibaran bendera Palestina itu merupakan kemajuan bagus karena sesuai dengan pembukaan UUD 1945.

Karena itu menurut dia, dukungan Indonesia agar Palestina menjadi negara merdeka bukan karena penduduk Palestina mayoritas beragama Islam.

"Indonesia dukung Palestina merdeka karena dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa penjajahan di atas bumi harus dihapuskan," katanya.

Menurut dia, langkah agar Palestina menjadi negara merdeka adalah harus mendapat pengakuan dunia dengan cara semua negara membuka kantor perwakilan di Palestina.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015