Denpasar (ANTARA News) - Kebanyakan warga Timor Leste sering memberikan reaksi spontan dalam menyikapi suatu kejadian yang muncul di daerahnya. "Di balik itu, masyarakat Timor Leste sendiri sulit untuk bersatu, tetapi kalau ada persoalan yang menyangkut mereka selalu dikeroyok secara bersama-sama," Duta Besar Indonesia untuk Portugal FX Lopes da Cruz di Sanur, Bali, Selasa. Pria kelahiran Timor Leste yang meninggalkan kampung halamannya sejak tahun 1982 menyampaikan hal itu ketika memberikan kesaksian dalam Persidangan Dengar Pendapat Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste yang dipimpin Benjamin Mangkoedilaga. Warga Timor Leste, katanya, juga tidak membiarkan orang lain untuk mengatur dirinya, sehingga kondisi demikian sering kali mengakibatkan terjadinya konflik. "Kebiasaan warga yang demikian itu 99 persen ada pengaruhnya terhadap kerusuhan massal pascajajak pendapat tahun 1999," kata Dubes Lopes da Cruz yang pernah menjabat Barisan Rakyat Timor Timur (BRTT). Ia mengingatkan, masyarakat Timor Leste setelah meraih kemerdekaan mempunyai tata krama baru, di mana semua kelompok yang ada dapat mempersatukan diri. "Dengan tata krama dan rasa kebersamaan dari semua kelompok masyarakat yang ada diharapkan mampu membangun Timor Leste ke arah yang lebih baik," ujar Dubes Lopes da Cruz.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007