Jakarta (ANTARA News) - Indonesia tetap berencana mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN mulai 2016 dengan nilai investasi 1,5 miliar dolar AS, dengan tetap mengutamakan faktor keselamatan, walau ada sikap pro dan kontra. "Sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, maka pemerintah Indonesia ingin terus mengeksplorasi energi alternatif dan semua bentuk energi lainnya, sehingga selalu tersedia cadangan energi," kata Wakil Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Adiwardojo, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pembangunan instalasi PLTN akan bekerja sama dengan Jepang sebagai salah satu pelaksanaan Memorandum Of Understanding (MOU) penandatangan kerjasama mengenai nuklir yang telah ditandatangani oleh para pemimpin kedua negara. "Jepang adalah negara yang telah mengembangkan energi nuklir itu selama kurang lebih 50 tahun untuk hal-hal positif dalam kehidupan berbangsa mereka, seperti peyediaan listrik di negara mereka," katanya. Selain itu, katanya, Jepang juga telah merasakan dampak buruk dari salah satu energi alternatif itu, sehingga mereka tentu akan lebih hati-hati dalam menggunakan nuklir yang pada akhirnya berakibat pada penggunaan nuklir yang lebih aman untuk kehidupan. "Selama ini, Batan telah berusaha menyiapkan berbagai teknologi yang dibutuhkan untuk pengembangan energi alternatif tersebut, sehingga Indonesia sebenarnya sudah siap memasuki era nuklir yang lebih jauh," ucapnya. Saat ini, ucap dia, telah 42 tahun bangsa Indonesia berhasil mengoperasikan reaktor riset tanpa ada catatan negatif dari inspeksi dalam negeri maupun internasional tentang pengoperasiannya. "Bahkan dari 13 negara , Indonesia memiliki raport terbaik mengenai pengoperasian reaktor nuklir," ujar dia. Reaktor nuklir pertama Indonesia, ujarnya, yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Februari 1965 dengan kapasitas daya 250 kW, saat ini telah ditingkatkan menjadi 2000 W atau 2 MW. "Kini sudah 42 tahun Reaktor Triga Bandung telah bermanfaat untuk riset di berbagai bidang, antara lain bidang kesehatan, pertanian, kimia serta sebagai ajang penelitian iptek nuklir oleh generasi muda kita," ucap dia. Mengenai teknis pembangunan reaktor nuklir tersebut, Adiwardojo mengatakan belum dapat mengungkapkannya karena saat ini baru sampai pada tahap sosialisasi secara komprehensif kepada masyarkat mengingat nuklir merupakan energi yang mengundang pro dan kontra. "Saat ini kami sedang melakukan sebuah sosialisasi kepada masyarakat dengan mengadakan seminar mengenai prospek nuklir di Indonesia yang bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin ) serta Japan External Trade Organization (JETRO atau Badan Kerja Sama Luar Negeri Jepang, red) )," tambahnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007