Dia berhenti dengan alasan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik
Sampit, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Salah seorang terduga pelaku bom di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, berinisial DJK yang sempat bekerja di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, diketahui oleh tetangganya pernah ditangkap polisi akhir tahun lalu.

"Saya dan suami saya sempat empat hari diajak mencari dia, sampai ke beberapa perusahaan sawit tapi tidak ketemu. Tapi kemudian, mereka menelepon saya katanya sudah dapat di arah Sampit dan mereka bawa. Mereka saat itu mengaku tidak sempat ketemu saya karena sudah di bandara," kata Rahimah, warga Kelurahan Pasir Putih, Jumat.

Bersama suaminya, Anang Arifin, yang merupakan ketua RT 09 RW 03 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Rahimah didatagi dua polisi dari Mabes Polri sekitar Agustus 2015.

Keduanya mencari DJK dengan alasan kasus penipuan. Rahimah dan suaminya bersedia membantu karena DJK yang saat itu berstatus karyawan peternakan ayam PT Charoen Pokphand Jaya Farm di Sampit memang tercatat sebagai warga di RT yang dipimpin suaminya.

Setelah selama empat hari mencari, salah satu dari pria polisis itu menelepon Rahimah dan mengatakan mereka sudah menemukan DJK dan langsung membawanya.

"Setelah itu, saya dikasih tahu anak muda di sini, kata mereka dia (DJK) ditangkap karena menjadi teroris. Memang setelah kedatangan dua pria itu, dia memang menghilang. Bahkan katanya barang-barangnya juga sebagian ditinggal di mess," kata Rahimah.

Dari keterangan dua pria yang mengaku dari Mabes Polri itu, kata Rahimah, selain DJK, ada dua orang lain yang juga dicari polisi, tetapi Rahimah tidak mengenal keduanya.

Rahimah kaget ketika mendengar DJK diduga menjadi salah satu pelaku bom bunuh diri di kawasan Sarinah.

Dia mengenal DJK sebagai orang yang ramah, sopan dan tidak pernah  melanggar aturan atau mengganggu ketenteraman warga.

Sebaliknya, menurut Rahimah, DJK sering terlihat ke masjid dan berbelanja di warung dekat rumahnya.

Warga sekitar tidak menaruh curiga terhadap DJK karena selama ini tindak-tanduknya normal seperti warga lainnya.

Kapolres Kotawaringin Timur AKBP Hendra Wirawan mengaku belum mengetahui masalah ini, sedangkan Manajer Unit PT Charoen Pokphand Jaya Farm Kristiyono mengakui DJK memang sempat bekerja di perusahaan mereka sekitar dua tahun, namun telah berhenti pada September 2015.

Setelah itu, mereka tidak mengetahui keberadaan DJK.

"Dia berhenti dengan alasan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik. Saya baru tahu soal masalah ini (dugaan keterlibatan DJK sebagai teroris). Selama ini dia bekerja sebagai mekanik dan menjalankan tugas dengan baik seperti karyawan lainnya dan tidak ada yang aneh-aneh," jelas Kristiyono.

Dia menegaskan, pengawasan di perusahaannya sangat ketat sehingga tidak mungkin ada aktivitas terlarang.

Menurut Kristiyono, selama bekerja di perusahaannya, DJK tidak pernah melanggar aturan. "Tidak heran jika karyawan kaget ketika mendengar kabar dugaan keterlibatan DJK sebagai pelaku bom," kata Kristiyono.


Pewarta: Norjani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016