Semarang (ANTARA News) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta sistem peringatan dini bencana dapat terintegrasi dalam jaringan "online" untuk mengetahui daerah-daerah yang berpotensi terjadi bencana alam saat musim hujan.

"Saya membayangkan dari semua informasi, kita buka semacam ruang kendali, umpama BPBD atau saya baca dari smartphone ini ada pergerakan, trennya seperti ini terus kemudian ada catatannya," katanya di Semarang, Jumat.

Menurut dia, jika ada sistem dalam jaringan yang dapat memberikan informasi mengenai daerah-daerah rawan bencana maka penanggulangannya dapat dilakukan tanpa harus menunggu bencana terjadi.

"Dengan seperti itu maka pemerintah dapat melakukan evakuasi warga dan meminimalkan kerugian dan korban jiwa akibat dari bencana," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono mengatakan bahwa saat ini sistem peringatan dini bencana yang telah dipasang di sejumlah titik rawan masih terintegrasi dengan layanan pesan singkat (SMS) yang terhubung dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di setiap kabupaten rawan bencana.

"Selain itu, deteksi dini adanya bencana juga dilakukan dengan memberikan peta-peta daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi serta melakukan sosialisasi pada saat awal musim hujan," katanya.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah Sarwa Permana mengatakan sistem peringatan dini bencana yang dipasang selama ini dengan sistem GSM, masih efektif dalam mendeteksi dini pergerakan tanah.

Menurut dia, alat tersebut dapat secara akurat melaporkan pergerakan tanah kepada perangkat desa dan petugas BPBD setempat melalui layanan pesan singkat (SMS).

"Begitu ada pergerakan tanah, akan ada SMS masuk secara otomatis mengenai berapa centimeter dan itu riil," ujarnya.

Pewarta: Wisnu Adhi N.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016