Jakarta (ANTARA News) - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disektor industri baja yang rencananya akan dilakukan Tiongkok diyakini tidak akan mempengaruhi pasokan baja di Indonesia.

Demikian disampaikan Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta, Kamis.

"Tidak pengaruh. Karena pasokan baja kita kan ada dari Korea dan Jepang. Beberapa dari Tiongkok paling untuk konstruksi," kata Putu.

Menurut Putu, kapasitas produksi baja di Indonesia sebesar 7 juta ton per tahun masih belum mampu memenuhi kebutuhan baja sebesar 14 juta ton.

Sehingga, Indonesia masih membutuhkan baja impor dari beberapa negara, termasuk Tiongkok, yang merupakan pemasok baja terbesar dunia.

Kendati demikian, Putu memperkirakan bahwa baja impor asal Negeri Sakura Masih mendominasi di Indonesia.

"Dari Jepang yang banyak masuk sini. Karena kan banyak dipakai di otomotif yang baja luarnya mobil-mobil itu kebanyakan masih impor," ujar Putu.

Sebelumnya, Kantor Berita Amerjka Serikat Reuters mengabarkan Tiongkok mengumumkan akan merumahkan 1,8 juta pekerja di industri batu bara dan baja, atau 15 persen dari jumlah tenaga kerja.

Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya mengurangai kelebihan kapasitas industri.

Informasi tersebut disampaikan Menteri Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Sosial Yin Weimin.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016