Jakarta (ANTARA News) - LIPI mengembangkan radar maritim yang jika dibuat sendiri secara mandiri di dalam negeri bisa menghemat devisa, karena biaya pembuatannya hanya memakan sepersepuluh biaya radar pengawas pantai yang diimpor. "Untuk membeli dari luar satu unit radar dengan daya jangkau 67 km TNI memerlukan dana di atas 100.000 dolar AS, atau misalnya BMG membeli radar cuaca hingga puluhan miliar rupiah, sementara harga komponennya sendiri sebenarnya tak sampai Rp500 juta," kata Kepala Bidang Telekomunikasi Puslit Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Dr Mashury MEng, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan sebagai negeri dengan lebih dari 17.000 pulau, dengan luas perairan 8,5 juta km2 dan panjang pantai 5.556 km, maka Indonesia membutuhkan banyak sekali radar pengawas lautan. Sedikitnya Indonesia sudah mengalami kerugian sekitar Rp188 triliun akibat pencurian pasir laut, penyelundupan BBM, penyelundupan kayu ilegal, dan pencurian kekayaan laut termasuk ikan, ujarnya. Sementara itu, perbandingan jumlah kapal terhadap luas wilayah perairan 1:72 ribu km2 yang dengan demikian membutuhkan sekitar 350 kapal patroli. "TNI AL hanya memiliki 117 kapal yang 77 kapal di antaranya berusia 21-60 tahun dan segera digudangkan. Belum lagi biaya operasionalnya yang sangat besar. Karena itu penempatan radar akan jauh lebih efektif," katanya. Pengembangan radar maritim tersebut, kata Mashury, telah dimulai pada 2006, dimulai dengan perancangan dan realisasi bagian antena dibantu IRCTR-TU Delft Belanda, kemudian pada 2007 realisasi transmitter (pemancar) dan receiver (penerima). Setelah itu realisasi akan dilanjutkan dengan bagian pengolah citra radar, termasuk display unit, dan kemudian integrasi sistem radar yang ditargetkan selesai pada 2008. Sistem radar itu dapat digunakan untuk mengatur lalu lintas kapal dan mencegahnya dari kecelakaan, memonitor kapal-kapal asing yang melakukan kegiatan ilegal di perairan Indonesia serta pengamanan wilayah dari infiltrasi asing. Uji coba prototipe radar pertama menurut Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Prof Dr Masbah Siregar, akan ditempatkan di perairan Cilegon pada 2008. Sedangkan produksi untuk kebutuhan TNI AL belum dibicarakan lebih lanjut. (*)

Copyright © ANTARA 2007