Hong Kong (ANTARA News) - Harga minyak mentah melonjak lebih dari lima persen pada Senin, setelah produsen anggota organisasi negara pengekspor minyak OPEC maupun non-OPEC sepakat mengekang produksi minyak dan mengurangi kelebihan pasokan global.

Perjanjian antara OPEC dan sejumlah negara penghasil minyak itu merupakan aksi bersama pertama sejak 2001, setelah lebih dari dua tahun harga minyak rendah menekan anggaran banyak pemerintah dan memicu kerusuhan di negara-negara Timur Tengah hingga Amerika Latin.

Patokan global, minyak mentah Brent, untuk pengiriman Februari harganya naik 5,0 persen menjadi 56,94 dolar AS per barel, dan patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), naik dalam jumlah yang sama menjadi 54,07 dolar AS per barel.

Mata uang komoditas dan saham-saham energi juga ditarik lebih tinggi, menambah sentimen bullish setelah kenaikan kuat hari lain di Wall Street pada Jumat (9/12).

Saham-saham energi dan sumber daya membantu menarik indeks saham Australia naik 0,3 persen, namun indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang datar setelah membukukan kenaikan mingguan terbesar dalam hampir tiga bulan pekan lalu.

"Investor yang telah overweight cash dan suku bunga tetap terus mendorong saham-saham lebih tinggi karena kepercayaan meningkat," Ric Spooner, kepala analis pasar di CMC Markets di Sydney, mengatakan dalam sebuah catatan.

Pada Jumat (9/12), survei awal dari University of Michigan menunjukkan indeks sentimen konsumen Amerika Serikat berada di tertinggi sejak Januari 2015, yang mungkin memacu the Federal Reserve lebih yakin pada prospek perekonomian Amerika ketika memulai pertemuan dua hari pada Selasa (13/12) untuk pertemuan kebijakan terakhir 2016.

Pasar berjangka telah menghargakan kenaikan suku bunga minggu ini sementara greenback memperoleh pijakan baru dari data, membukukan posisi tertinggi 10-bulan terhadap yen Jepang dan berdiri tegak terhadap sekeranjang mata uang mitranya yang diperdagangkan.

Euro diperdagangkan mendekati level terendah satu tahun terhadap dolar AS dengan mata uang tunggal berpindah tangan di 1,053 per dolar AS. Analis di BBH memperkirakan rebound menjadi 1,07 per dolar AS jika tingkat 1,05 tidak tertembus.

Sejumlah data ekonomi kuat baru-baru ini telah mendorong imbal hasil surat utang jangka panjang Amerika Serikat lebih tinggi dan mendorong beberapa ekonom memperkirakan lebih banyak kenaikan suku bunga Amerika Serikat dalam beberapa bulan mendatang.

Ekonom Morgan Stanley memperkirakan enam kenaikan suku bunga antara sekarang hingga akhir-2018 dan mengatakan bahwa setiap jeda dolar adalah kesempatan untuk menambah posisi jangka panjang.

Di pasar obligasi, kurva imbal hasil surat utang AS terus mendalam dengan selisih antara imbal hasil obligasi 10-tahun dan dua tahun mencapai tertinggi satu tahum 135 basis poin. Imbal hasil telah meningkat 35 basis poin selama satu bulan terakhir. (UU.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016