Tokyo (ANTARA News) - Pemerintah Jepang akhirnya sepakat menerima produk buah-buahan asal Indonesia, terutama mangga, sekaligus membantu upaya memerangi hama penyakit, khususnya lalat buah (family triptidae) guna memenuhi standar mutu negara maju tersebut. "Dengan adanya kesepakatan ini, berarti terbuka kesempatan bagi produk buah-buahan Indonesia di pasaran Jepang," kata Atase Pertanian Kedutaan Besar RI untuk Jepang, Pudjiatmoko, di Tokyo, Rabu. Menurut dia, persetujuan ini merupakan bagian dari kesepakatan RI-Jepang dalam kerangka Perjanjian Kemitraan Ekonomi (EPA-Economic Partnership Agreement) yang berakhir pertengahan April lalu. Selama ini produk buah-buahan asal Indonesia tidak bisa masuk ke Jepang dengan alasan belum memenuhi standar mutu yang berlaku di negara Matahari Terbit itu. Sebaliknya, produk dari negara-negara tetangga, seperti Filipina dan Thailand, begitu mendominasi pasaran Jepang. Meski belum semua sektor disepakati dalam format EPA (Jepang tetap membantu walau dengan komitmen bertahap), pemerintah Jepang juga menyetujui bantuan peralatan untuk mengatasi hama penyakit lalat buah. Hama penyakit jenis ini dikhawatirkan menyebar di Jepang. Alat tersebut dikenal dengan istilah "vapour heat treatmen" atau pemanasan melalui penguapan. "Dengan memberikan semacam pemanasan terhadap produk buah kita, maka penyakit itu bisa dicegah," ujar doktor pertanian lulusan Jepang itu. Ia mengemukakan keuntungan lain menggunakan alat ini adalah mampu meningkatkan pendapatan petani. Petani pada akhirnya bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas buah-buahan itu sendiri. Selain itu, dengan adanya bantuan alat tersebut, kemungkinan tercemar oleh pestisida juga menurun, sehingga mangga yang dipanen bebas dari residu pestisida. Jepang dan negara maju lainnya mampu menyediakan beragam jenis buah-buahan tanpa terpengaruh musim panen, karena banyak mengimpor buah-buahan dari berbagai negara dengan musim panen yang berbeda. "Bagi Indonesia keuntungannya adalah jadi mengetahui ke mana saja negara tujuan ekspor buah-buahan kita," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007