Menjelang pergantian tahun 2016 Kalijodo perlahan meninggalkan wajah muram.
Jakarta (ANTARA News) - Siapa tidak tahu Kalijodo? Kawasan di garis perbatasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat itu sudah terkenal sebagai lokasi hiburan malam.

Kafe remang-remang dengan lampu kerlap-kerlip berjajar di sepanjang Jalan Kepanduan II yang lokasinya tidak jauh dari Kali Angke. Botol-botol minuman keras dari bermacam merek mudah ditemui di lokasi itu.

Perempuan-perempuan berdandan menor biasanya duduk di depan pintu masuk kafe sambil merokok saat hari mulai gelap. Mereka menyapa dengan rayuan genit tiap-tiap pengunjung yang umumnya laki-laki.

Mereka siap menemani tamu sekedar minum-minum di kafe yang memutar house music. Namun, sudah jadi rahasia umum bahwa tujuan utama mereka adalah sebagai pemuas dahaga seksual pria hidung belang di kamar-kamar yang tersedia di belakang kafe-kafe itu.

Bukan kelas losmen apalagi hotel. Kamar sempit berukuran sekira 2x1 meter dilengkapi dipan kayu, tikar dan kamar mandi sekadar untuk "bersih-bersih" itu menjadi lokasi transaksi seksual mereka.

Dalam semalam, wanita yang diawasi penuh oleh mucikari setempat bisa melayani 5-10 orang lelaki. Pada akhir pekan, tamu yang mereka layani biasanya lebih banyak lagi.

ANTARA News pernah berbincang dengan salah satu PSK di Kalijodo. Setiap hari dia harus melayani tamu yang datang, sementara pihak mucikari hanya menyediakan kondom dan obat antibiotik sebagai "standar operasional" di sana. Ironisnya, standar operasional tersebut jarang dipenuhi.

Pada awal 2016, gegap gempita Kalijodo yang lebih dari 40 tahun dikenal sebagai lokasi prostitusi itu pun harus berakhir. 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kala itu berencana menutup lokasi prostitusi tak resmi Kalijodo. Rencana itu jelas ditentang warga setempat yang mengais rupiah dari tiap tamu yang datang. Mulai dari pungutan parkir, pungutan masuk wilayah, jajan minuman dan makanan, narkoba, hingga transaksi seksual yang terus berputar setiap malam. 

Belum lagi mucikari dan pemilik bangunan yang biasanya menikmati setoran dari para PSK.

Di tengah pro dan kontra atas rencana meratakan Kalijodo, Pemprov DKI tidak bergeming. Kalijodo tetap ditertibkan kendati para bos-bos di sana menggerakkan anak buahnya untuk berontak.

Mudah bagi kepolisian untuk menjinakkan preman-preman itu. Setelah salah satu pimpinan mereka, Daeng Aziz, ditangkap maka proses penertiban berlangsung secara bertahap.

Pihak Pemprov juga menyediakan relokasi ke Rusunawa Marunda bagi para penduduk yang memiliki KTP Kalijodo, kendati hal itu sempat menuai kritikan terkait kapasitas dan dampak sosiologis dari berpindahnya warga eks-lokalisasi ke masyarakat umum.

Penertiban bangunan-bangunan utama yang menjadi kafe dan kamar mesum itu rampung dalam satu hari, walaupun memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menata ulang lokasi itu sejak penggusuran pada Februari 2016.

Menjelang pergantian tahun 2016 Kalijodo perlahan meninggalkan wajah muram. Kalijodo bersolek.

Kalijodo berubah menjadi kawasan hijau dilengkapi lapangan futsal dan skatepark yang setiap hari diisi wajah-wajah riang para remaja menikmati kegiatan ruang terbuka.

Perubahan wujud Kalijodo tidak berlangsung lama. Terhitung hanya delapan bulan sejak insiden kecelakaan mobil Toyota Fortuner yang dikendarai bekas pengunjung Kalijodo pada Februari 2016 hingga kemudian Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengajak komunitas skateboard memantau penataan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo pada Oktober 2016.

Berikut poin-poin dalam perubahan wajah Kalijodo:

Bermula dari kecelakaan mobil

Menyeruaknya popularitas Kalijodo tak terpisahkan dari kecelakaan mobil di Jalan Daan Mogot KM 15 pada 8 Februari yang menewaskan empat orang.

Seperti diberitakan, sebelum terjadinya kecelakaan fatal tersebut, Riki Agung Prasetyo (24), yang mengendarai mobil Toyota Fortuner sempat mampir ke Kalijodo bersama beberapa temannya.

Sejak kejadian itulah, nama kawasan yang dihuni 3.052 orang warga itu mengisi pemberitaan berbagai media massa Tanah Air. Bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tak ada opsi lain kecuali menertibkan Kalijodo guna mengubah kondisinya yang ada saat ini menjadi jalur hijau.

Rencana penertiban

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengetahui kejadian itu langsung berkomentar bahwa pihak Pemprov DKI Jakarta memang sudah berencana untuk menata ulang kawasan Kalijodo setelah menuntaskan penataan Waduk Pluit.

"Sebetulnya, rencana ini memang sudah lama kami buat. Akan tetapi persiapannya belum matang dan kami juga masih fokus dengan penataan Waduk Pluit," kata Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (10/2/2016).

Ahok menilai jika Kalijodo tetap beroperasi, tidak ada manfaat yang dirasakan warga DKI Jakarta. Kendati demikian, pada saat itu Pemprov DKI masih berkoordinasi dengan berbagai stakeholder untuk menyiapkan langkah penertiban agar tidak menimbulkan gesekan.

Tidak perlu waktu lama, pada 18 Februari 2016 Gubernur DKI Jakarta melayangkan surat peringatan pertama (SP1) kepada warga kawasan Kalijodo Jakarta Utara untuk segera membongkar bangunan yang mereka tempati di atas tanah negara itu.

Ahok menuturkan tenggat waktu antara SP1 ke SP2 biasanya berkisar tujuh hari, kemudian tiga hari dari SP2 ke SP3 dan SP3 sendiri hanya diberi waktu satu hari. Artinya warga Kalijodo harus benar-benar pindah pada akhir Februari.




Perlawanan

Langkah Pemprov DKI menertibkan Kalijodo dibarengi upaya kepolisian menggelar operasi penertiban kegiatan hiburan malam di Kalijodo. Namun upaya itu mendapat perlawanan agresif dari warga .

Kapolda Metro Jaya saat itu, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian, sempat memimpin apel gabungan sekitar 2.000 personil pada Sabtu (20/2). Petugas gabungan menyasar sejumlah kafe bahkan aparat terpaksa mendobrak pintu beberapa kafe yang terkunci.

Pada Minggu (21/2) aparat Polda Metro Jaya memeriksa sejumlah saksi terkait penemuan 402 anak panah di kawasan lokalisasi Kalijodo Jakarta Utara, tepatnya di Kafe Intan milik Abdul Azis atau lebih dikenal Daeng yang dikenal sebagai tokoh setempat.

Imbas dari penemuan anak panah tersebut, kepolisian menahan sejumlah warga Kalijodo, di antaranya adalah mucikari dan pemilik salah satu kafe. 




Daeng Aziz tersangka

Perlawanan oknum warga Kalijodo akhirnya berhenti setelah salah satu pentolannya, Daeng Aziz, dijadikan tersangka dugaan kasus prostitusi.

Pengacara Daeng Aziz, Razman Nasution, mempertanyakan penetapan tersangka atas kliennya tersebut. Ia juga mengklaim bahwa ratusan anak panah yang ditemukan di Kafe Intan bukanlah milik Daeng Aziz.

Polisi kemudian menjadwalkan pemeriksaan Aziz kendati pria pemilik Kafe Intan itu tidak memenuhi panggilan penyidik. Daeng Aziz akhirnya diringkus polisi di sebuah kontrakan di Jakarta Pusat dengan tuduhan baru, yaitu dugaan tindak pidana pencurian listrik.

Setelah penangkapan itu, kawasan Kalijodo menjadi lebih kondusif. Sejumlah warga yang awalnya menolak pindah berangsur mendaftarkan diri ke kelurahan setempat agar mendapatkan jatah Rusunawa yang disiapkan.


Hari eksekusi

Menjelang surat peringatan ketiga yang dilayangkan Pemerintah DKI pada Minggu (28/2), puluhan truk dan mobil pick up bolak-balik kawasan Kalijodo guna mengangkut bermacam perabotan warga setempat. Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta dan Satpol PP ikut membantu proses pindahan itu.

Memang tidak ada senyum yang terkembang dari bibir warga yang bersiap pindah. Sebagian dari mereka meminta waktu selama satu hingga dua tahun untuk relokasi ke tempat baru. Namun keputusan sudah dibuat, Senin (29/2), Kalijodo rata dengan tanah.

Senin pagi, ribuan aparat gabungan bersiap di titik-titik yang akan ditertibkan. Perintah dari setiap regu aparat terdengar bersamaan dengan deru suara mesin alat-alat berat yang berjajar sepanjang jalan kawasan Kalijodo.

Tepat pukul 08.00WIB, lengan ayun sebuah eskavator menghajar balkon utama Kafe Intan milik Daeng Aziz yang menjadi bangunan pertama dirubuhkan aparat.

Setelah itu, secara serentak belasan eskavator dan backhoe meruntuhkan tembok-tembok bangunan Kalijodo. Suara puing berjatuhan dan debu bertebaran menutupi kawasan Kalijodo selama seharian. Kendati ada beberapa keluarga yang tak mau pindah, secara umum tidak ada perlawanan keras dari warga.

Di balik puing-puing bangunan, jamak terlihat pecahan dinding dengan sobekan poster dan coretan, sampah-sampah kamar prostitusi berupa bungkus kondom hingga obat antibiotik. Barang-barang pribadi para PSK yang tertinggal di bangunan yang tak sempat dibereskan juga masih ada, mulai dari pakaian hingga telepon

Belasan pemulung pun berdatangan mengais sisa-sisa benda yang masih berharga mulai dari sampah plastik sampai patahan besi sisa kerangka bangunan. Pihak Pemprov DKI akhirnya membersihkan puing bangunan di kawasan itu pada hari ketiga setelah penertiban. 




Ada skatepark di Kalijodo

Delapan bulan setelah proses penertiban yang menyita perhatian masyarakat, kawasan bekas hiburan malam Kalijodo menjelma menjadi taman bermain bagi remaja dan keluarga.

Pada Oktober 2016, Ahok pun mengajak komunitas skateboard dan sepeda BMX memantau langsung pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo.

Pengamatan ANTARA News pada akhir Desember 2016, sudah terlihat lapangan futsal, skatepark, arena sepeda, aula besar dan ruang terbuka hijau yang dimaksimalkan warga untuk berolahraga kendati pembangunan belum sepenuhnya rampung.

Sejumlah warga di lokasi berharap pembangunan RTH Kalijodo lekas selesai sebagai kado akhir tahun 2016 dan bisa digunakan sebagai lokasi perayaan Tahun Baru 2017. Warga lainnya juga berharap Pemerintah menyediakan lahan parkir kendaraan sehingga pengunjung yang datang tidak menaruh motor atau mobil di pinggir jalan.

"Semoga dikelola dengan baik karena ada lapangan futsal dan skate yang menarik warga dari luar Kalijodo untuk datang ke sini. Kalau akhir pekan memang ramai, itu bukti kalau masyarakat butuh lokasi seperti ini," ucap Gusti Fajar, warga Kalijodo yang sedang mengajari anaknya bermain sepeda.

Wiryadi, seorang pehobi sepeda BMX dari Jakarta Barat mengatakan, "Jakarta butuh banyak lapangan seperti ini, tempat pemuda kumpul-kumpul menyalurkan hobi positif. Semoga tahun depan ada taman-taman lain yang dibangun lengkap dengan fasilitas ini."



Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016