Kediri (ANTARA News) - Seleksi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Gedung Nasional Indonesia (GNI), Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis, diwarnai kekisruhan larangan memakai jilbab bagi peserta putri. Kekisruhan itu berawal dari surat resmi yang dilayangkan Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kediri, Abu Aman kepada Panitia Pelaksana Seleksi Paskibraka Kota Kediri. Dalam surat tersebut Abu Aman menyatakan, akan meminta para siswinya untuk mengundurkan diri dari Paskibraka, jika harus melepas jilbab dan mengenakan span pendek. "Kami akan meminta siswi kami mengundurkan diri kalau nantinya diharuskan melepas jilbab dan mengenakan rok span pendek, karena hal ini melanggar norma-norma agama," ucapnya, dalam surat yang tembusannya ditujukan kepada Walikota Kediri itu. Kemudian ketika peserta seleksi sedang beristirahat, tiga siswi kelas II MAN 3 Kediri, yakni Angga Atma Proboningrum, Liana Ismail, dan Sabria Amalia, mendatangi Ketua Panitia Pelaksana Seleksi Paskibraka Kota Kediri Suwito. "Kami-kami memiliki motivasi untuk bisa lolos dalam seleksi ini, tapi kami berat kalau harus melepaskan jilbab dan mengenakan span," kata Angga yang saat itu masih mengenakan nomor peserta 207. Menurut ketiga siswi itu, jilbab dan pakaian yang menutup aurat adalah masalah prinsip yang tidak bisa ditoleransi dengan dalih apapun. "Tidak hanya kepala sekolah dan guru, bahkan orang tua kami pun pasti melarang jika harus melepas jilbab dan mengenakan pakaian yang auratnya terbuka," tutur Sabria menambahkan. Oleh sebab itu, dia meminta kepada panitia untuk tidak mempersoalkan masalah jilbab, karena bisa menimbulkan gejolak sosial di masyarakat. Menanggapi hal itu, Ketua Panitia Pelaksana Seleksi Paskibraka Kota Kediri, Suwito menyatakan, kewajiban melepas jilbab dan mengenakan span hanya berlaku pada saat Upacara 17 Agustus yang berlangsung tak lebih dari dua jam. "Ini sudah menjadi ketentuan pemerintah pusat, rasanya tidak mungkin kami mengubah ketentuan ini sebelum ada ketentuan baru lagi," dalihnya. Ia menganggap, tuntutan kepala sekolah dan siswi MAN 3 Kediri itu masih terlalu dini, karena sampai saat ini masih seleksi tahap awal, belum sampai pada tahap penentuan. "Oleh sebab itu, silakan kalian jalani dulu seleksi ini sampai ada pengumuman berikutnya, siapa nama-nama yang lolos sebagai anggota Paskibraka," ucap Suwito kepada ketiga siswi berjilbab itu. Kalau ternyata, lanjut dia, nantinya ada siswi yang berjilbab lolos dalam seleksi tersebut, pihaknya berjanji akan mencarikan jalan keluar, termasuk melalui konsultasi dan koordinasi dengan Walikota Kediri HA Maschut dan Departemen Agama. Menurut dia, siswi berjilbab yang mengikuti seleksi ini mencapai puluhan, termasuk dari MAN 2, SMA Muhammadiyah, dan beberapa sekolah lainnya di Kota Kediri, jadi bukan hanya dari MAN 3. Seleksi yang berlangsung pada 25-26 April ini diikuti 173 siswa dan siswi setingkat SMA di Kota Kediri, baik swasta maupun negeri. Dari jumlah itu, panitia seleksi hanya akan menerima 74 siswa, termasuk empat di antaranya untuk diikutkan seleksi Paskibraka tingkat Propinsi Jawa Timur di Surabaya dan tingkat nasional di Jakarta pada bulan Mei mendatang. Pada tahun 2001, dua wakil dari Kota Kediri berhasil menjadi anggota Paskibraka dalam Upacara 17 Agustus di Istana Merdeka. Setelah itu, sudah tidak pernah ada lagi wakil dari Kota Kediri sampai sekarang. Seleksi Paskibraka yang dipusatkan di GNI Kota Kediri itu bermaterikan tes tulis, wawancara, dan tes baris-berbaris dengan penilaian kecakapan dalam menjalankan perintah. Peserta tes diharuskan memiliki tinggi badan 165-175 sentimeter (putra) dan 160-170 sentimeter (putri). Masing-masing sekolah mengirimkan lima sampai delapan siswa/siswi.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007