Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Sumbangan Indonesia dalam ikut serta membangun perdamaian dunia dan mendukung terciptanya ketenteraman global menjadi salah satu bagian penting dari sambutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan Sidang ke-116 Inter-Parliamentary Union di Bali International Convention Centre, Nusa Dua, Bali, Minggu malam. "Negara kami telah berusaha memberi sumbangan dalam perdamaain dengan mengembangkan dialog-dialog antar bangsa. Salah-satunya adalah dialog antara tokoh Sunni dan Syiah untuk menjembatani perbedaan di kalangan umat Islam," ungkap Presiden Yudhoyono di hadapan 1.329 politisi berbagai ideologi yang merupakan anggota parlemen 126 negara peserta sidang sedunia tersebut. Yudhoyono juga menjelaskan bahwa dirinya bersama Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair, telah meresmikan pembentukan Dewan Penasehat Keislaman atau Islamic Advisory Board untuk meningkatkan saling pengertian antara Islam dan Barat diantara kedua bangsa dan negara . Masih banyak lagi yang telah dibuat Indonesia, baik secara sendiri maupun melalui lembaga-lembaga internasional di mana negara ini menjadi anggotanya, termasuk ASEAN, ASEM, APEC, OKI maupun PBB sendiri Namun begitu, lanjut Presiden di hadapan ribuan anggota parlemen dan perutusan lembaga-lembaga internasional yang akan mengikuti Sidang ke-116 IPU (29 April ? 4 Mei 2007) itu, tetap saja perdamaian abadi belum dapat dicapai. Padahal, dunia saat ini sudah terintegrasi menjadi satu sistem global. "Sayangnya, perdamaian belum bisa diciptakan sepenuhnya, karena masih adanya 'hot spot' di berbagai belahan dunia, seperti di Irak, Palestina, Libanon, Sudan, dan lain lain," katanya lagi. Kesinambungan perdamaian, menurut Presiden Yudhoyono, juga terganggu oleh masih adanya kantong kemiskinan dan kekecewaan dalam hubungan antar bangsa. "Senjata massal juga menyandera perdamaian," tegasnya. Oleh karena itu, Presiden Yudhoyono berharap, IPU dapat mengatasi masalah-masalah itu. Selain persoalan perdamaian dunia yang masih jauh dari harapan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, perubahan isu iklim dunia juga harus menjadi perhatian utama pada era globalisasi saat ini. "Kita semua harus lebih peduli, karena dampak perubahan cuaca dunia dapat mempengaruhi lingkungan," katanya, Perubahan tersebut, menurut Kepala Negara, ditandai dengan semakin panasnya cuaca di bumi, dan keadaan cuaca yang semakin tidak beraturan tersebut, sehingga dapat mengakibatkan hujan serta banjir mendadak di berbagai tempat. "Hal ini sangat memprihatinkan. Karena itu perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangan bersama," kata Presiden. Presiden Yudhoyono menjelaskan, isu pemanasan global dan perubahan cuaca bukan hanya permasalahan domestik saja. "Ini merupakan perubahan cuaca secara global," katanya. Oleh karena itu pula, lanjut Kepala Negara, perlu dilakukan langkah bersama menanggulangi masalah perubahan cuaca global. "Sidang IPU merupakan saat yang tepat bagi semua negara bersama untuk saling bahu membahu mengatasi pemanasan global dengan cara mengadopsi Protokol Kyoto," ujar Presiden. Presiden menegaskan, keterlambatan dalam mengadopsi Protokol Kyoto dapat menciptakan bencana yang mengerikan pada masa mendatang. Presiden Yudhoyono juga mengemukakan, parlemen-parlemen sedunia juga harus memperhatikan isu-isu perdamaian, karena saat ini tidak semua warga di suatu negara berada dalam kondisi aman dan damai. "Terganggunya hubungan antar-manusia dapat memunculkan beraneka macam konflik dan ketegangan di berbagai belahan dunia," katanya Kepala Negara. Presiden pun menjelaskan, kasus yang paling banyak muncul saat ini, yaitu mengenai besarnya angka kekerasan terhadap warga negara, anak-anak, orang tua maupun perempuan di suatu negara yang sebagian besar disebabkan saling curiga antar umat beragama serta perbedaan ras antar warga negara. "Masalah utama dari konflik antar-warga negara diakibatkan kesenjangan ekonomi, seperti permasalahan kemiskinan dan ketidakadilan terhadap warga negara. Untuk itu, diperlukan persamaan visi melalui dialog dan hubungan harmonis antar warga negara," kata kepala Negara. Langkah tersebut, kata Presiden, berupa dialog terbuka antara pemeluk beragama yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan harmonis bagi komunitas dunia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyoroti mengenai dampak globalisasi terhadap semua sektor, khususnya pada sektor penciptaan lapangan kerja. "Fakta sekarang ini membuktikan apabila perekonomian berkembang lambat, maka pengangguran akan semakin meningkat," kata kepala Negara. Isu ini, menurut Presiden, menjadi isu serius di berbagai bangsa, terutama bagi negara berkembang. "Untuk itu, kita harus peduli dan berusaha mencari solusi terbaik untuk mengurangi pengangguran pada era globalisasi saat ini," demikian Presiden Yudhoyono. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007