Dili (ANTARA News) - Presiden Timor Timur Xanana Gusmao yang segera mengakhiri jabatannya, Selasa, menyeru persatuan dan perdamaian di negara rusuh itu, yang akan mengadakan pemilihan umum tahap kedua untuk memilih penggantinya. Gusmao, mantan pemimpin gerilyawan dan tidak ikut pemilihan untuk mempertahankan jabatannya, juga mendesak calon pemilihan hari Rabu itu memperkuat demokrasi rapuh negara itu serta memulihkan keamanan sesudah kerusuhan tahun lalu. "Demokrasi adalah perjuangan saat ini bagi rakyat kita, yang menjadi tugas kita untuk merawat dan menyempurnakannya," kata Gusmao pada upacara perpisahan di Dili, ibukota negara baru tersebut. "Tantangan terbesar kita tetap, menjamin bahwa proses demokrasi memperkuat tindakan negara dan masyarakat serta memperdalam peranserta rakyat," katanya. Pemilihan presiden, yang perannya secara umum seremonial, itu merupakan yang pertama bagi Timor Timur sejak merdeka tahun 2002 sesudah kerusuhan berdarah setelah lepas dari Indonesia tiga tahun sebelumnya. Rakyat Timor Timur akan memilih Perdana Menteri Jose Ramos-Horta atau Francisco "Lu-Olo" Guterres, bekas gerilyawan dan ketua partai berkuasa Fretilin. Mereka merebut suara terbanyak dalam putaran pertama pemilihan itu bulan lalu, tapi gagal meraih mayoritas, sehingga diperlukan babak kedua. Timor Timur terjerumus ke dalam kekacauan pada Mei tahun lalu, saat bentrok meledak antara unsur bersaing di tentara dan antara tentara dengan polisi, yang berpuncak pada kekerasan kelompok. Sekitar 37 orang tewas dan 150.000 lagi dipaksa meninggalkan rumah akibat kerusuhan itu. Kira-kira 37.000 orang masih mengungsi di Dili. Lebih dari 4.000 polisi setempat dan antarbangsa akan menjaga tempat pemungutan suara hari Rabu, bersama lebih kurang 1.000 tentara dari pasukan penjaga perdamaian antarbangsa pimpinan Australia, yang didatangkan tahun lalu untuk menghentikan kekerasan itu. Gusmao menyatakan presiden baru harus bekerja keras untuk mengajar pemuda negara miskin itu akan kepentingan perdamaian dan tenggangrasa untuk menghindari perulangan kerusuhan tersebut. "Kita ingin menanamkan, khususnya pada pemuda kita, perasaan bahwa kekerasan di negara kita tidak terulang, karena kita membangun keadaan untuk tenggangrasa, perdamaian dan ketenangan," kata Gusmao. Petugas pemilihan mengharapkan keluhan pada putaran pertama tentang penekanan atas pemilih dan pelanggaran dalam penghitungan tidak menghalangi rakyat Timor Timur kembali berduyun-duyun memberi suara. Gusmao menyatakan ingin menjadi perdana menteri, jabatan lebih kuat daripada presiden di Timor Timur, lewat pemilihan anggota parlemen bulan Juni. Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Senin menyeru rakyat Timor Timur tenang dalam menghadapi pemilihan presiden putaran kedua itu. Duta badan dunia tersebut di negara itu mengimbau pemilih menerima hasil pemilihan tersebut, di tengah keprihatinan akan kemungkinan terjadi kekerasan oleh pendukung calon kalah.

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007