Masalah kemiskinan di Indonesia kini sangat mendesak untuk segera ditanggulangi. Kemiskinan ada di mana-mana, di seluruh penjuru negeri, bahkan di dalam diri kita sendiri. Kemiskinan telah terjadi di seluruh lini kehidupan bangsa. Siapa yang salah? Apa penyebabnya? Siapa yang bertanggung jawab? Kita tidak perlu berbicara tentang siapa yang salah, siapa penyebabnya, atau siapa yang bertanggung jawab. Mari kita membahas dari mana kita akan memulai menanggulanginya? Memperbaiki kesalahan yang telah terjadi? Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Kemiskinan bukan disebabkan tidak adanya keterampilan atau keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan masalah tidak adanya pekerjaan tetap, kemiskinan bukan karena tingginya biaya hidup, kemiskinan bukan masalah kebijakan yang tidak berpihak kepada si miskin. Kemiskinan merupakan sebuah masalah pada sikap mental dan pola pikir seseorang. Kemiskinan dapat dikatakan sebagai masalah tentang moral yang rusak. Kerusakan moral disebabkan oleh tertutupnya hati nurani seseorang, yang mengakibatkan setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri dan lingkungannya. Hati nurani yang tertutup mengakibatkan seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Dampak lain yang ditimbulkan dari tertutupnya hati nurani manusia adalah adanya golongan masyarakat yang tidak memiliki perasaan dan tidak menghargai orang lain serta alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri. Dalam kondisi yang semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya sendiri tanpa memperdulikan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Hal ini menyebabkan adanya golongan masyarakat yang tertindas dalam kekurangan atau kemiskinan. Hati nurani yang tertutup juga menyebabkan tertutupnya kekuatan daya hidup yang ada di dalam diri sehingga manusia yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan menjadi seorang pemalas yang hanya dapat meratapi nasib karena tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari kotoran (dosa) yang timbul karena perbuatannya sendiri. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa untuk mengatasi kemiskinan, harus dimulai dari membersihkan berbagai kotoran (dosa) yang menutup kesucian hati nurani. *)Penulis adalah pencetus Gerakan Revolusi Hati Nurani, sekaligus pendiri Yayasan Sirnagalih yang aktif membina peningkatan kualitas diri manusia

Oleh Oleh Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007