New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, akan menghadiri Konferensi Perubahan Iklim yang berlangsung di Bali pada Desember mendatang dan diperkirakan akan dihadiri oleh 10.000 peserta dari 189 negara anggota PBB. Rencana tersebut diungkapkan Sekretaris Eksekutif PBB untuk Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC), Yvo de Boer, di Markas Besar PBB, New York, Kamis. "Tetapi tentunya kepastian beliau datang belum bisa ditentukan karena tergantung perkembangan situasi," kata de Boer ketika menjawab pertanyaan ANTARA. De Boer juga mengatakan dirinya belum mendapatkan informasi secara formal tentang negara-negara yang sudah memberikan sinyal akan mengirimkan pejabat setingkat kepala negara/kepala pemerintahan untuk menghadiri Konferensi Bali. "Mungkin saat ini masih terlalu dini (untuk menentukannya)," ujar de Boer. Konferensi Bali dijadwalkan akan berlangsung pada 3-14 Desember 2007. Sementara itu, dalam jumpa pers di Kantor Pusat PBB, de Boer mengatakan pihaknya melihat adanya keinginan yang lebih kuat di antara negara-negara dan sektor swasta internasional untuk segera membendung pengeluaran gas rumah kaca. Penilaian itu disampaikannya menyusul beberapa laporan tentang perubahan iklim serta hasil pertemuan para negara pihak Konvensi Perubahan Iklim di Bonn, Jerman, minggu lalu. Pertemuan Bonn itu dihadIri 191 negara pihak Konvensi Perubahan Iklim dan 173 negara pihak Protokol Kyoto, yang berisi target-target mengikat dalam pengurangan emisi hingga tahun 2012. Pertemuan itu sendiri diselenggarakan sebagai persiapan menjelang konferensi utama yang membahas perubahan iklim, yaitu konferensi dunia di Bali pada Desember nanti. Menurut de Boer, pertemuan Bonn menjadi ajang pertama kalinya bagi para delegasi untuk menanggapi tiga laporan yang dibuat oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Laporan tersebut memuat terjadinya perubahan iklim akibat ulah manusia serta dampaknya yang mengerikan. Di saat yang sama, laporan itu juga menunjukkan bahwa adanya teknologi yang dapat mengatasi masalah tersebut dengan biaya lebih murah. Ketika ditanya tantangan terbesar apa yang dihadapi Indonesia berkaitan dengan perubahan iklim, de Boer menyebut penebangan hutan sebagai salah satu masalah besar di Indonesia. "Sebenarnya tidak hanya di Indonesia. Sekitar 20 hingga 25 prosen dari pembuangan gas rumah kaca yang disebabkan manusia, berasal dari praktek penebangan hutan. Dan 80 prosen di antaranya diakibatkan oleh masyarakat di negara-negara tropis yang mengumpulkan kayu bakar," katanya. "Jadi masalah penebangan hutan dan upaya untuk menghindarkannya serta memberikan insentif kepada masyarakat untuk menebang pohon adalah tantangan penting, baik untuk tingkat global maupun Indonesia sendiri," tambahnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007