Pekanbaru (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah Riau, Brigjen Pol Nandang mengakui jumlah personelnya kurang untuk mengawasi masuknya narkotika dan obat-obatan terlarang dari perairan sehingga banyak yang sampai ke daratan.

"Untuk mengawasi setiap jengkal jumlah kita belum bisa sebanyak itu. Harapan saya setiap desa ada polisi saja belum bisa, satu polisi ada menangani dua sampai tiga desa," kata Brigjen Pol Nandang di Pekanbaru, Kamis.

Hal itu, lanjutnya tentu menandakan keterbatasan personel karena keterbatasan biaya negara sekarang ini. Menurutnya negara dalam keadaan sulit sehingga kalau diadakan polisi banyak lalu gajinya bagaimana.

Permasalahan lainnya juga banyak polisi yang bertugas di daerah pesisir minta pindah ke Kota Pekanbaru. Diakuinya bahwa tidak semua polisi bisa menghibur diri untuk ditempatkan dimana saja.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir masuknya narkoba ke Riau, kata dia, dilakukan dengan patroli intensif dari Satuan Polisi Air. Dia meminta agar patroli tidak hanya dilakukan siang, tapi juga malam karena penjahat tentu beraksi pada saat suasana senyap.

"Perairan rawan memang itu kenyataannya, dari Bengkalis bisa mendarat di mana saja. Saya sudah suruh Kepala Satpolair patrolinya bukan siang, malam juga ditingkatkan, termasuk pelabuhan tikus," ungkapnya.

Lebih lanjut dia meminta agar semua kapal baik yang kayu atau "speedboat" dari Malaysia dan Singapura diperiksa. Terutama kapal kayu harus diketahui apa muatan yang dibawanya.

Hal itu dikatakannya dalam hal mengapresiasi jajaran di Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau dan Polresta Pekanbaru. Terakhir diungkap masuknya sabu-sabu tiga kilogram dan 8.000 pil ekstasi asal Malaysia masuk melalui Bengkalis dan ditangkap di Pekanbaru.

"Saya apresiasi anggota jajaran dan berharap lebih daripada itu, harus dihabisi," pungkasnya.

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017