Tokyo (ANTARA News) - Sebuah film takkan asyik untuk dinikmati tanpa hasil kerja dari seniman foley, mereka adalah orang yang berjasa membuat suara-suara dalam film jadi terdengar nyata. 

"A Foley Artist" mengajak penonton menyaksikan kinerja Master Hu Ding-yi, salah satu seniman foley yang paling berpengalaman di Taiwan. Pria penuh talenta dalam membuat efek bunyi-bunyian itu telah mendedikasikan 40 tahun hidupnya di industri film. Hu Ding-yi sudah membuat foley dan mencoba menurunkan ilmunya pada generasi muda.

Pernah ada masa ketika audio dianggap tak sepenting visual dalam pembuatan film berbahasa China. Ketika itu, sama sekali tak boleh ada bunyi-bunyian selain dialog para pemeran. Lama kelamaan, suara-suara di luar dialog —misalnya gesekan kain hingga derit kursi— juga dimasukkan dalam film.

“A Foley Artist” menggambarkan dedikasi Hu Ding-yi untuk memberikan efek suara terbaik dalam setiap film yang ia kerjakan. 

Penonton diajak melihat ruang kerjanya yang sekilas mirip studio dubbing berbentuk gudang karena berisi banyak barang-barang yang dipakainya untuk menghasilkan bunyi. Untuk membuat suara langkah kaki, Hu Ding-yi memiliki koleksi sepatu yang sangat beragam, mulai dari sepatu olahraga, sepatu hak tinggi hingga wedges. Ia juga gemar berburu barang bekas untuk menambah variasi bunyi yang bisa ia hasilkan.

“Bila mengandalkan database suara (digital), belum tentu suara yang dihasilkan sesuai dengan yang kita inginkan,” ujar Hu Ding-yi.

Ruang kerjanya juga dilengkapi permukaan dengan tekstur yang berbeda-beda, termasuk sebuah bak kecil yang diperlukan untuk menghasilkan suara yang berhubungan dengan air, misalnya bunyi orang yang tercebur.

Cuplikan film bahasa China yang masih menggunakan jasa foley artist diselipkan di sana-sini untuk memberikan gambaran pada penonton seperti apa film di masa lalu.

Seniman foley masih dianggap berjasa meski saat ini pengambilan film jauh lebih canggih sehingga audio aslinya pun bisa langsung direkam.

Bunyi yang dihasilkan dari foley artist bisa menonjolkan sebuah adegan, terutama bila bunyi aslinya dianggap kurang memberi efek “wow”.

Adakah bunyi yang paling sulit diciptakan selama empat dekade berkarya? Hu Ding-yi dalam sesi tanya jawab usai pemutaran film mengaku tak ada kesulitan berarti karena film-film yang ia kerjakan rata-rata serupa, sehingga bunyi yang harus ia buat pun tak banyak berbeda.

“Tapi pernah ada film yang punya adegan mencongkel mata. Saya berpikir lama bagaimana cara membuat bunyinya. Saya akhirnya membeli ikan besar, lalu mencongkel matanya. Bunyinya cukup menjijikkan, tapi sutradaranya puas jadi bunyi itu dipakai,” ungkap Hu Ding-yi.

Film dokumenter ini tak hanya mengeksplorasi karakter Hu, tapi juga memberikan perspektif yang lebih luas mengenai perkembangan industri film berbahasa China di Taiwan, Hong Kong dan China. Sayangnya, seniman Foley lambat laun tergantikan oleh kehadiran efek-efek suara digital yang canggih.

Sutradara menjelaskan saat ini tak ada sekolah formal untuk menjadi seniman foley di sana. Setiap orang yang tertarik harus berguru pada orang-orang yang sudah berpengalaman, namun perjalanannya berat. Hanya mereka yang benar-benar punya niat terjun ke dunia foley saja yang bisa bertahan. Apalagi saat ini jumlah film semakin sedikit di sana, sehingga kesempatan foley artist untuk berkarya pun semakin mengecil.

Dalam film ini, Hu Ding-yi hanya memiliki seorang asisten yang ingin mengikuti jejaknya sebagai seorang foley artist. Belakangan, sang seniman mengungkapkan sejak ia pensiun, asistennya terpaksa mengundurkan diri karena harus bekerja di bidang selain foley demi menyambung hidup.

“Jadi sekarang susah sekali mencari foley artist profesional,” imbuh Hu Ding-yi. 

“A Foley Artist” disutradarai oleh Wang Wan-jo, salah satu anggota penting dari dunia dokumenter di Taiwan sejak membuat "The Inspired Island" pada 2009. Film panjang dokumenter pertamanya, "River Without Banks" dirilis di bioskop Taiwan tiga tahun silam.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017