Jakarta (ANTARA News) - Indonesia kini tengah menjajaki radar dari tiga negara masing-masing Amerika Serikat (AS), Italia dan Prancis untuk memperkuat pertahanan udara nasional. "Dari beberapa pilihan yang ditawarkan Mabes TNI Angkatan Udara, hanya tiga produsen dari AS, Italia dan Prancis yang layak untuk dikaji lebih lanjut," kata Dirjen Sarana Pertahanan (Ranahan) Departemen Pertahanan (Dephan) Marsekal Muda Slamet Prihantino ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, berdasarkan kajian yang telah dilakukan, tiga jenis radar yang dihasilkan tiga negara itu bisa diintegrasikan dengan sistem radar yang selama ini digunakan di Indonesia yakni jenis Thomson (Inggris) dan Plesey (Perancis). "Itu persyaratan utama, jangan sampai kita beli radar baru tetapi tidak bisa diintegrasikan dengan sistem radar yang selama ini digunakan di Indonesia," kata Slamet. Dari tiga produsen radar masing-masing Northrop Grumman (AS), Thales (Prancis) dan Italia hanya satu yang akan dibeli oleh Indonesia dan kini tengah dibahas di Dephan, tambah Slamet. Pada kesempatan terpisah, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Marsekal Muda Erys Herryanto mengatakan, perlu ada peningkatan kapasitas setiap satuan radar (satrad) untuk mendukung pertahanan udara nasional yang kuat. "Selama ini masing-masing radar di satuan beroperasi kurang dari 24 jam, padahal untuk menjaga seluruh wilayah udara RI terutama yang rawan pelanggaran wilayah, perlu dijaga selama 24 jam," katanya. Hanya saja, tambah Erys, untuk meningkatkan kapasitas radar memerlukan dukungan anggaran yang memadai karena untuk menambah kapasitas radar tersebut dibutuhkan personel serta sarana prasana yang lebih banyak. "Bayangkan, untuk menghidupkan radar itu dibutuhkan 32 ton bahan bakar. Tidak asda kan radar itu ditengah kota yang dihidupkan dengan tenaga listrik. Terus nambah personel berarti tambah perumahan, gaji dan lainnya," ungkapnya. Tetapi mengingat anggaran yang terbatas, maka untuk untuk sementara pengamatan melalui radar miiter di masing-masing satrad dilakuan secara bergantian waktu operasinya. "Misalnya radar Tanjung Pinang beroperasi dari pagi hingga sore, selanjutnya pengamatan dilakukan radar Ranai dari sore hingga besok pagi. Jadi, tetap dapat meng-cover wilayah RI," tutur Erys. Saat ini TNI AU memiliki 16 satrad yang tersebar di beberapa wilayah RI. Dari 16 satrad itu, sebagian besar berada di Indonesai bagian Barat mengingat padatnya lalu lintas penerbangan di wilayah tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007