Ambon (ANTARA News) - Jumlah tersangka kasus "tarian liar" yang diperagakan 28 simpatisan separatis RMS saat peringatan Harganas ke-XIV yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon, 29 Juni lalu, telah bertambah menjadi 34 orang, demikian menurut Plt. Kabid Humas Polda Maluku, Kompol Djoko Susilo, dalam penjelasannya. "Dari pengembangan pemeriksaan 31 tersangka ternyata terungkap pengikut lainnya, sehingga saat ini menjadi 34 orang yang tidak tertutup kemungkinan bertambah lagi, karena penyelidikan masih intensif dilaksanakan personel Ditreskrim Polda Maluku," katanya, di Ambon, Selasa. Ia mengakui "tarian liar" ini sudah direncanakan matang dengan koordinatornya Yoyo Teterissa sejak sebulan lalu yang latihannya sebanyak empat kali di Desa Aboru, Pulau Haruku(Maluku Tengah). Simpatisan RMS ini pun memantapkan persiapannya di Desa Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, sehingga Kades-nya, Ferdinand Waas, diduga terlibat dan saat ini ditetapkan juga sebagai tersangka. Mereka juga melaksanakan rapat di rumah Ny. Lieke Saiya di Batugantung, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Kamis malam (28/6), selanjutnya berkumpul di pagar-pagar Jalan Tulukabessy, Mardika, Kecamatan Sirimau, Jumat pagi (29/6), sekitar pukul 05.30 WIT untuk ke Lapangan Merdeka sebagai pusat peringatan Harganas ke-XIV. Djoko memastikan, dari pengembangan penyelidikan terungkap pimpinan eksekutif RMS, dr. Alexander Manuputty yang saat ini melarikan diri di Amerika Serikat, merupakan salah satu "aktor intelektual" di balik peragaan tarian Cakakele (perang-red) yang tidak ada dalan agenda acara peringatan Harganas ke-XIV. "Kami intensif melakukan pemeriksaan dan bila rampung, maka dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi guna proses hukum,"tambahnya. Ditanya kemungkinan memeriksa panitia Harganas daerah, ia menjelaskan tetap dimintai keterangan sebagai saksi dan tergantung hasil pemeriksaan tersangka, karena tidak tertutup kemungkinan oknum panitia juga bisa terlibat. "Asisten Tata Pemerintahan Setda Maluku, Jopi Patty, memang sudah dimintai keterangannya sebagai saksi terkait pengakuan Kades Hutumuri yang menjanjikan berkomunikasi dengan bersangkutan untuk memasukkan tarian Cakalele agar ditampilkan di peringatan Harganas, kemarin (Senin-red)," katanya. Jopi Patty secara terpisah mengakui telah menjalani pemeriksaan sekitar empat jam pada Senin dengan menjawab 20 pertanyaan. "Saya tegaskan bahwa tidak pernah dikomunikasikan dengan Kades Hutumuri, sehingga bersangkutan nantinya diminta untuk membuat klarifikasi karena dengan pengakuannya saat pemeriksaan akhirnya dicurigai Asisten Tata Pemerintahan Setda Maluku terlibat, sehingga sempat dilansir sejumlah media massa, baik lokal maupun nasional," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007