Jakarta (ANTARA News) - Insiden tarian Cakalele simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) saat berlangsung peringatan Harganas yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon, Jumat pekan lalu, membuktikan pemerintah belum tuntas memberantas separatisme sampai ke akar-akarnya. "Pemerintah kita selalu gagal menyentuh akar persoalan dari banyak masalah separatisme di Indonesia, seperti OPM ataupun RMS yang kembali mencuat ke permukaan," kata Bonni Hargens, pengamat politik dari Universitas Indonesia, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, permasalahan separatisme selalu muncul ke permukaan kembali karena masalah dasar dari distribusi kesejahteraan ataupun pembangunan pada seluruh daerah yang ada di Indonesia belum terealisasi dengan adil. "Otonomi daerah hanya menjadi wacana saja dan yang terjadi adalah distribusi kewenangan, bukan distribusi kesejahteraan," ujarnya. Ia mengatakan selama ini pemerintah lebih banyak menyelesaikan permasalahan separatisme dengan menggunakan kekuatan senjata atau pendekatan militerisme. "Padahal yang harus disentuh adalah pada masalah distribusi pembangunan yang harus merata. Oleh karena itu, pendekatan sipil lah yang harus digunakan," ucapnya. Yang selalu disentuh, lanjut Hargens, adalah selalu pada tingkat elit, sementara pada struktur menengah ke bawah belum pernah disentuh secara signifikan. "Oleh karena itu, insiden tarian Cakalele tersebut harus menjadi refleksi bagi pemerintah untuk segera menyentuh akar permasalahan dan tidak melulu melakukan peredaman konflik dengan pendekatan militer," ucap dia. Selain itu, menurut Hargens, insiden ini juga harus diwaspadai sebagai bentuk skenario politik dari pihak-pihak tertentu yang ingin mengacaukan Pemilu 2009. "Bisa saja ada 'orang-orang dalam' yang memiliki target politik yang ingin dicapai pada tahun 2009, sehingga BIN harus segera mencari informasi akurat mengapa insiden tersebut sampai bisa terjadi," tambah Hargens. (*)

Copyright © ANTARA 2007