Cirebon (ANTARA News) - Nelayan Gebang, Kabupaten Cirebon, berencana akan kembali membakar empat perahu, setelah hari ini satu dibakar sebagai tanda telah matinya aspirasi nelayan yang menginginkan Prof Dr Rokhmin Dahuri bebas dari tuntutan hukum di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin. "Keadilan ini milik siapa, kalau orang sejujur Rokhmin Dahuri harus jadi korban kampanye anti korupsi. Kami warga Gebang yang merasa menerima dana itu juga minta untuk dipenjara bersama Rokhmin Dahuri," kata H Caslim (50) kepada wartawan, di Gebang, Senin, yang juga diamini nelayan lain termasuk kaum ibu-ibu. Caslim, Senin siang, membakar satu perahu sope "Baleno", dan besok berencana membakar dua perahu sejenis yaitu "Putra Mandiri 1" dan "Putra Mandiri 2" atas ketidak puasan divonisnya Rokhmin tujuh tahun penjara dengan mengganti kerugian negara Rp200 juta dalam sidang di Tipikor Jakarta, Senin. Keinginan itu juga didukung Jahro, nelayan lain yang juga akan ikut membakar perahu sope, dan satu perahu lagi milik H Dulalim (50) yang hari ini tidak jadi dibakar di tengah jembatan karena lebih dulu dicegah aparat keamanan. Caslim mengakui dengan dibakarnya tiga kapal miliknya maka hanya satu kapal lagi yang tersisa untuk mencari nafkah, namun ia mengaku nilai kapal itu tidak seberapa dibanding pengorbanan Rokhmin Dahuri menyejahterakan nelayan seluruh Indonesia. "Pak Rokhmin setiap musim paceklik ikan selalu memberikan bingkisan beras dan uang kepada nelayan miskin, dan itu berlangsung sebelum dia menjadi menteri sampai sudah tidak lagi jadi menteri," katanya. Hal senada diungkap Tarsini (35), ibu tiga anak yang mengaku sudah sepuluh tahun lebih mendapat jatah sembako dan uang dari keluarga Rokhmin Dahuri sehingga semua nelayan merasa tidak rela jika Rokhmin dihukum hanya gara-gara mengatur dana itu. "Kami juga dapat dana itu pak, jadi kami juga siap ditahan, semua di sini siap ditahan," katanya sambil berteriak-teriak kepada wartawan. Emosi warga Gebang tampaknya merata mulai dari para pemuda, bapak-bapak, orang sepuh sampai Aanak Baru Gede (ABG) dan ibu-ibu yang selalu bersemangat berteriak "Bebaskan Pak Rokhmin". Muncul juga sejumlah dialog politik antara mereka mulai dari "Pembubaran KPK" sampai "Tidak Akan Memilih SBY" karena dianggap sebagai tokoh skenario penjeblosan Rokhmin. Ada juga yang meminta memilih "Amin Rais" karena dianggap gentleman mengakui menerima dana dari Rokhmin. Namun ada juga beberapa ibu-ibu yang tidak paham aksi itu dan umumnya mereka bukanlah para nelayan tetapi dari unsur lain seperti pegawai negeri dan pedagang. "Sayang ya kalau perahu sampai dibakar, lebih baik untuk melaut biar dapat ikan," kata seorang ibu yang mengaku sebagai penjahit pakaian. Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan nelayan Gebang sempat memblokir jalur Pantura selama 40 menit dengan meletakkan perahu melintang di atas jembatan, namun tidak berhasil membakarnya karena dicegah petugas keamanan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007