Jakarta (ANTARA News) - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Erman Suparno, menawarkan salah satu opsi penyelesaian kasus antara PT Hardaya Aneka Shoes Industry (HASI) dan Nagasakti Paramashoes Industry (NASA) dengan Nike Inc, berupa perpanjangan order pembuatan sepatu Nike. "Opsi paling memungkinkan adanya suatu pengertian, misalnya perpanjangan order, sehingga ada peluang PT HASI dan NASA bisa tetap mempekerjakan pekerjanya," kata Erman Suparno usai rapat di kantor Wapres, Selasa. Erman menjelaskan, sebenarnya masalah tersebut merupakan masalah bisnis murni, namun karena dampaknya menyangkut 14.000 pekerja, maka pemerintah memberikan perhatian serius untuk melakukan mediasi mencari penyelesaian. Menurut Erman, Presiden Yudhoyono telah mengisntruksikan Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menakertrans, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) untuk segera melakukan mediasi mencari solusi masalah itu. "Prinsipnya, bagaimana agar para pekerja ini tidak terputus, tetapi ada kelangsungan bekerja. Yang penting, para buruh ini tetap bisa bekerja," ujarnya. Salah satu opsi yang ditawarkan, menurut dia, agar Nike Inc. memperpanjang order kepada PT HASI dan PT NASA, namun tentang berapa lama perpanjangan order tersebut masih dinegosiasikan. "Mengapa harus diperpanjang? Supaya managemen PT HASI dan PT NASA bisa mengubah studi bisnisnya," kata Erman. Opsi lain yang ditawarkannya, yakni Nike Inc. dan PT HASI maupun PT NASA bisa melakukan negosiasi ulang soal penentuan harga, namun untuk masalah penentuan harga ini merupakan masalah bisnis murni sehingga pemerintah tidak akan ikut campur. Sebelumnya, Pimpinan Perusahaan HASI dan NASA, Hartati Murdaya, juga meminta pihak Nike Inc., agar memperpanjang pesanan pembuatan sepatu kepada kedua perusahaannya masing-masing selama 18 dan 30 bulan. Menurut Hartati, hal itu dinilai adil, karena Nike memutuskan secara sepihak dan mendadak menghentikan pesanan pekerjaan kepada kedua perusahaan pabrik sepatu yang dipimpinnya yang telah membuat sepatu bagi Nike selama sekira 20 tahun. Diakui Hartati, pihaknya sulit memenuhi target harga yang diminta Nike, karena upah pekerjanya yang kebanyakan sudah bekerja lebih 15 tahun mencapai di atas Rp1 juta per bulan dan ditambah lembur, upahnya bisa mencapai Rp2 juta. "Harga sekarang 11 dolar AS per pasang sepatu. Padahal, 15 hingga 18 tahun yang lalu rata-rata 15 dolar AS per pasang sepatu. Nike cari pabrik yang lebih murah lagi 10 dolar AS atau bahkan 7,5 dolar AS per pasang sepatu," katanya. Oleh karena itu, Nike mencari mitra lain, terutama pabrik baru, yang tenaga kerjanya baru, sehingga upah buruhnya murah di bawah satu juta rupiah. Ia memperkirakan, pemutusan kontrak kerja Nike dengan pihaknya karena pemegang merek sepatu terkemuka di dunia itu tidak melihat peluang harga di HASI/NASA akan turun ke tingkat yang diinginkannya. Hartati meminta Nike sebagai perusahaan berskala dunia mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan kemanusiaanya, agar tidak memutuskan pemesanan pekerjaan secara mendadak, seperti memotong kue. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007