Ini tidak mudah dan harus dihargai. Memang benar bahwa menang itu penting, tetapi sampai di sana juga tidak mudah."
Saint Petersburg (ANTARA News) - Empat gol Prancis yang bersarang di gawang Argentina dengan skor akhir 4-3 untuk kemenangan Les Blues, mengakhiri Piala Dunia keempat bagi Lionel Messi sekaligus mungkin saja akan menyudahi kiprahnya bersama tim nasional yang kerap berakhir dengan kekecewaan.

Ribuan suporter Argentina tumpah ruah di Kazan dengan harapan melihat Messi membawa Albiceleste melewati rintangan dari Prancis, setelah bintang Barcelona itu mencetak satu gol ke gawang Nigeria pada laga terakhir fase grup yang menentukan langkah pasukan Jorge Sampaoli itu ke 16 besar.

Messi memainkan perannya dengan menyodorkan dua assist pada gol Gabriel Marcado dan Sergio Aguero, kendati upaya itu tidak cukup untuk menyelamatkan Argentina dari kekalahan atas Prancis berkat dua gol Kylian Mbappe yang masih berusia 19 tahun.

"Itu tergantung bagaimana kami melakukannya, bagaimana hal itu berakhir," kata Messi sebelum bertolak ke Rusia, terkait keputusannya apakah akan tetap bermain untuk timnas setelah Piala Dunia, dilansir AFP.

Baca juga: Piala Dunia tanpa Messi-Ronaldo, siapa bintang tersisa?

Dibandingkan tiga Piala Dunia sebelumnya, bagi Messi tersisih di babak 16 besar kali ini merupakan yang tercepat.

Mencapai final pada Piala Dunia 2014 merupakan satu-satunya momen besar bagi Messi untuk menyamai kiprah Diego Maradona yang memimpin Argentina menuju kejayaan pada 1986.

Messi, yang meninggalkan Argentina menuju Barcelona saat masih berumur 13 tahun, oleh banyak kalangan di Argentina tetap dipandang tak sejajar dengan Maradona manakala membandingkan catatan keduanya di level internasional.

Setelah kekalahan 2014 dari Jerman di Brasil, Messi mengalami kekecewaan yang berulang, yakni kalah adu penalti atas Chile di final Copa America 2015 dan Copa America Centenario 2016.

Tendangan penalti Messi yang gagal di final turnamen 100 tahun Piala Amerika itu mendorong keputusan emosionalnya untuk pensiun dari panggung internasional.

"Faktanya kami kalah di tiga final yang menyebabkan beberapa momen rumit dengan pers Argentina karena perbedaan dalam melihat apa artinya mencapai final," kata Messi kepada surat kabar Sport yang berbasis di Barcelona.

Ia pun menimpali, "Ini tidak mudah dan harus dihargai. Memang benar bahwa menang itu penting, tetapi sampai di sana juga tidak mudah."

Batal pensiun

Segalanya menjadi jelas saat Messi membatalkan keputusannya untuk gantung sepantu dari tim nasional sepak bola negerinya, kemudian membantu Argentina di fase kualifikasi Piala Dunia menuju Rusia.

Tanpa Messi, yang absen dalam delapan pertandingan kualifikasi karena cedera dan suspensi, Argentina cuma menang satu kali.

Sempat tertinggal 0-1 dari Ekuador pada laga kualifikasi terakhir zona Conmebol, juara dunia dua kali itu terancam absen di Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak tahun 1970. Kemudian, Messi hadir sebagai penyelamat yang mencetak trigol dengan skor akhir 3-1 untuk Albiceleste.

Di sisi lain, kiprah heroik Messi tidak mampu menutupi renggangnya hubungan dengan pemain lain di lapangan, atau rasa frustasinya terhadap federasi sepak bola Argentina yang kacau balau.

Messi secara terbuka menggambarkan federasi sepak bola Argentina sebagai "bencana" karena masalah logistik yang dialami tim dalam Copa America 2016.

Baca juga: Deretan kekecewaan Messi bersama Argentina

Persiapan Argentina di Rusia pun terganggu ketika pertandingan pemanasan terakhir melawan Israel dibatalkan, yang disebabkan kekhawatiran keamanan karena tempat pertandingan berada di Yerusalem.

Buntut kekalahan dari Prancis pun dimulai saat Javier Mascherano, yang juga karib Messi di klub Barcelona, menjadi pemain pertama yang mengumumkan pensiun dari timnas Argentina.

"Mulai sekarang saya hanya seorang penggemar," kata pria berusia 34 tahun itu.

Messi pun bakal berusia 35 tahun saat Piala Dunia Qatar dimulai pada 2022.

"Saya pikir Piala Dunia ini datang tepat pada waktunya bagi kami," kata Sergio Aguero, yang telah bermain bersama Messi di tingkat internasional sejak remaja.

Sekarang giliran Messi yang harus memutuskan, apakah akan menghabiskan masa senja karirnya hanya untuk klub Barcelona di Spanyol, dengan mengurangi intensitas keterlibatan dengan Argentina.

Atau, Messi bisa saja mengumpulkan motivasi dan energinya untuk berjuang sekali lagi bersama Argentina di turnamen mendatang, demikian AFP.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018