Dili (ANTARA News) - Bekas partai berkuasa di Timor Leste, Fretilin, akan tetap duduk di parlemen sebagai oposisi, kendatipun menegaskan pemerintah baru negara itu tidak sah dan tidak punya hak untuk memerintah, kata ketua partai tersebut, Senin. Mantan PM Mari Al-katiri, yang memimpin partai Fretilin, mendesak para pendukungnya agar tetap tenang setelah terjadi kerusuhan seporadis selama beberapa hari sejak pemerintah baru diumumkan pekan lalu. Fretilin memperoleh jumlah suara tertinggi dalam pemilihan parlemen 30 Juni, namun mencapai mayoritas mutlak untuk dapat membentuk pemerintah sendiri. Koalisi partai-partai yang dipimpin mantan Presiden Xanana Gusmao kini membentuk sebuah pemerintahan. "Fretilin tetap mengatakan bahwa pemmrintah ini tidak memiliki lejitimasi untuk memerintah, tapi pihaknya tidak ingin menggunakan aksi kekerasan dalam menghadapi siapapun," kata Al-Katiri kepada AFP. "Kami telah turun ke lapangan untuk menjelaskan kepada para anggota aktif kami bahwa oposisi di parlemen adalah penting," katanya, sambil menambahkan bahwa sebuah parlemen tanpa oposisi akan menjadi "pincang." Fretilin mencabut ancaman sebelumnya untuk memboikot parlemen jika pihaknya tidak diminta untuk membentuk satu pemerintah, tapi para anggota parlemennya masih tidak muncul bekerja. "Kami tidak memboikot parlemen, kami hanya absen," katanya, seraya menambahkan bahwa para anggota parlemen akan segera aktif. Al-Katiri juga mengatakan bahwa para anggota parlemen tidak mungkin dipersalahkan atas kerusuhan itu, yang melibatkan pembakaran, serangan dan pelemparan batu. "Kami menduga bahwa aksi itu bukan dilakukan Fretilin, tetapi orang-orang yang menggunakan nama Fretilin untuk melakukan kerusuhan dan menggunakan nama partai itu, karena para anggota kami memiliki disiplin tinggi," katanya. Al-Katiri mengundurkan diri pada tahun lalu menyusul kerusuhan di jalan-jalan Dili antara berbagai faksi yang menewaskan paling tidak 37 orang dan memaksa pasukan pemelihara perdamaian internasional digelar di negara itu untuk memulihkan ketertiban. (*)

Copyright © ANTARA 2007