Jakarta, (ANTARA News)  - Penerimaan negara di sektor minyak dan gas bumi (migas) naik  3,5 miliar dolar AS pada 2018 hingga semester I dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penerimaan migas tersebut merupakan total bagian negara maupun bagian kontraktor migas yang pada 2018 semester I ini tercatat sebesar 17,3 miliar dolar AS atau lebih besar dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 13,8 miliar dolar AS, berdasarkan data yang dihimpun Antara dari Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat.

Selain peningkatan penerimaan tersebut, tren efisiensi hulu migas makin terlihat dari waktu ke waktu. Sejak tahun 2017 lalu penerimaan negara dari migas lebih tinggi dari cost recovery. Berbeda dengan 2 tahun sebelumnya dimana cost recovery lebih tinggi dari penerimaan negara.

Kedepan, efisiensi hulu migas akan makin dapat terlihat seiring dengan diterapkannya kontrak migas skema gross split yang menggantikan skema cost recovery yang mulai diterapkan tahun 2017 lalu. Hingga saat ini sebanyak 25 kontrak migas sudah mengginakan skema gross split.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar sempat mengungkapkan, dari 25 kontrak migas gross split, Pemerintah berhasil mengantongi komitmen kerja pasti sekitar 1,75 miliar dolar AS atau Rp 25 triliun dan bonus tandatangan sebesar 854 juta dolar atau Rp 12 triliun.

Dari 25 blok migas gross split tersebut, 9 diantaranya merupakan hasil lelang blok migas tahun 2017 dan 2018. Kondisi tersebut menandakan kontrak migas gross split disambut baik oleh para investor, mengingat lelang blok migas tahun 2015 dan 2016 dengan skema cost recovery tak diminati investor sama sekali.

Secara umum, Arcandra menegaskan gross split mampu mendorong efisiensi bisnis hulu migas di Indonesia, terutama dalam hal proses bisnis. Hal ini lantaran selain tidak membebani keuangan negara, gross split mampu mengurangi waktu dalam pengambilan keputusan bisnis tanpa menghilangkan kendali negara.

Kendati demikian, Arcandra mengakui sistem gross split akan terlihat manfaatnya secara utuh pada jangka panjang. "Bisa dilihat lima sampai sepuluh tahun mendatang," ujar Arcandra.

Pada kesempatan yang sama Wamen Arcandra juga menyampaikan bahwa Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi impor minyak.

Rencananya Pemerintah akan meminta kontraktor migas untuk menjual migas bagian kontraktor tersebut ke dalam negeri. Selain itu, Pemerintah juga terus mendorong pembangunan kilang baru dan revitalisasi kilang nasional.

Untuk mengurangi impor BBM, Pemerintah juga menerapkan perluasan kebijakan pencampuran biodiesel dalam BBM solar sebesar 20 persen (B20) yang diberlakukan tidak hanya BBM bersubsidi dan penugasan tapi juga untuk BBM non-subsidi. Akan diwajibkan per 1 September 2018.

Potensi penghematan devisa dengan diberlakukannya kebijakan B20 tersebut mencapai 2 miliar dolar dengan volume 4 juta kilo liter tahun ini dan 4 miliar dolar AS dengan volume 6,4 juta kilo liter mulai tahun depan.

Peran Kementerian ESDM, lanjut Arcandra diharapkan dapat terus mendorong pembangunan nasional dan multiplier effect yang jauh lebih besar lagi. ***3***

Baca juga: Sektor migas hanya sumbang 6-7 persen pendapatan negara bukan pajak

Baca juga: SKK Migas : penerimaan negara lebihi target

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2018