Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan agar pelaku penculikan Raisya (5), putri Ketua II Bidang Investasi dan Permodalan dan Pembinaan UKM Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ali Said, yang telah ditangkap oleh kepolisian, dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. "Kita semua bersyukur dan saya pribadi amat bergembira bahwa Raisya telah dapat diselamatkan. Tadi pagi Kapolri (Jenderal Sutanto, red) melapor bahwa Raisya telah bebas dari penculiknya dan saat ini penculik atau penyekapnya sudah ditahan untuk dimintai keterangan dalam proses investigasi menyeluruh," katanya, di Istana Negara Jakarta, sebelum melaksanakan shalat Jumat. Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah berhasil membebaskan Raisya yang diculik selama sembilan hari. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Adang Firman, mengemukakan polisi juga menangkap lima tersangka yang selama ini menyekap korban. Para tersangka tertangkap di salah satu SPBU di Jakarta, Jumat, sekitar pukul 09.30 WIB. Kelima tersangka kini diperiksa intensif di Polda Metro Jaya. Mereka adalah YP, ANG, FR, BH dan DN. Sesungguhnya, ujar Presiden, dirinya mengikuti terus apa yang dilakukan pihak kepolisian untuk mencari dan menemukan Raisya. Kamis sore (23/8) Kapolri melapor bahwa telah ada kemajuan dalam mengejar pelaku yang diduga menculik dengan teknologi yang dimiliki pihak kepolisian. "Bahkan kepolisian sendiri telah mengetahui daerah dan wilayah dimana penculik itu berada," katanya. Presiden Yudhoyono pada Kamis (23/8) malam juga telah memberikan keterangan pers yang isinya mengimbau agar orang yang membawa Raisya segera memngembalikan bocah itu kepada orang tuanya. Usai memberikan keterangan pers Kamis (23/8) malam, Presiden berpesan kepada Kapolri Sutanto agar dalam penangkapan diutamakan keselamatan Raisya, karena demikianlah cara membebaskan sandera atau membebaskan orang yang diculik. "Usahakan agar (sandera/korban) sejauh mungkin dibebaskan dengan selamat, kemudian baru hukum ditegakkan," katanya. Presiden juga menuturkan, usai memberi keterangan pers Kamis (23/8) malam, dirinya sempat menghubungi Ali Said, orang tua Raisya, dan meminta agar tenang dan tidak perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa jadi memperkeruh suasana. "Banyak orang dalam keadaan seperti ini yang `nimbrung`, namun malah merepotkan dan mungkin juga ada motivasi untuk mendapatkan imbalan uang dan lain-lain," katanya. Presiden menjelaskan kasus penculikan, penyanderaan, dan penyekapan, dalam dua bulan terakhir mencapai sekitar tujuh orang. "Saya mengimbau semua pihak, terutama orang tua dan guru, untuk betul-betul tidak lalai, selalu waspada terhadap jenis kejahatan seperti ini. Karena dari tujuh kasus, menurut catatan saya, meskipun dibebaskan sebagian dengan tebusan, tetapi sebagian juga ada dengan tindakan kekerasan," katanya, Dia juga berpesan agar masyarakat lokal membuat semacam "community watch", yaitu masyarakat peduli kalau ada hal-hal yang ganjil, tidak apatis, tetapi juga ikut siaga melakukan langkah-langkah antisipatif terhadap kemungkinanan timbulnya kejahatan di lingkungan masing-masing. Seperti diberitakan sebelumnya Raisya sejak Rabu (15/8), diculik usai pulang sekolah sekitar 300 meter dari rumahnya di Kompleks Angkatan Udara Jatiwaringin, Jakarta Timur. Raisya dijemput pembantu rumah tangga Ali Said yang bernama Linda, dan di tengah perjalanan tiba-tiba muncul para penculik yang menodongkan pisau serta merampas Raisya darinya. (*)

Copyright © ANTARA 2007