Hong Kong, (ANTARA News) - Dua pekan lagi, Bali akan menggelar hajatan terbesarnya tahun ini sebagai tuan rumah pertemuan tahunan negara-negara anggota Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (Anual Meeting International Monetary Fund-World Bank/AM IMF-WB).

Menjadi istimewa karena AM IMF-WB merupakan pertemuan tertinggi bagi pemangku kepentingan ekonomi di dunia. Sebanyak 22 kepala negara, serta menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara dijadwalkan akan berada di Bali kurun 8-14 Oktober 2018.

Mata dunia kiranya akan tertuju kepada Indonesia, terutama Bali. Selain kepala negara dan pejabat tinggi pemerintahan, 15 ribu delegasi dari lembaga keuangan internasional, organisasi internasional, pelaku bisnis, akademisi hingga media massa internasional juga akan berkumpul di "Pulau Dewata" itu.

Bali yang memang telah menjadi destinasi favorit bagi pelancong dari berbagai belahan dunia, kini harus meningkatkan kesiapannya. Tamu Pulau Dewata kali ini adalah orang-orang paling berpengaruh terhadap pergerakan roda perekonomian dunia.

Sejak Oktober 2017, Indonesia "mengebut" segala macam persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur, akomodasi, logistik, destinasi wisata hingga keamanan.

Ketua Panitia Nasional Penyelenggaran AM IMF WB yang juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan hingga 15 September 2018 persiapan penyelenggaran AM IMF-WB sudah mencapai 94 persen.

Kesiapan infrastruktur terus dipantau setiap hari. Jika terdapat potensi penambahan jumlah delegasi, panitia nasional langsung menyediakan opsi dan fasilitas agar tidak terjadi hambatan konektivitas.

Luhut pada Sabtu (22/9) baru saja meresmikan terowongan bawah tanah (Underpass) Simpang Tugu Ngurah Rai, Badung, Bali, yang menyambungkan Bandara dengan lokasi utama perhelatan AM IMF-WB, Nusa Dua.

Infrastruktur Bandar Udara (bandara) maupun konektivitasnya memang menjadi "wajah" pertama Indonesia yang dipandang oleh delegasi mancanegara. Oleh karena itu, infrastruktur bandara menjadi teramat penting.

Terdapat sejumlah bandara yang menjadi penopang penyelenggaran AM IMF-WB di antaranya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai - Bali, Bandara Internasional Lombok, Bandara Internasional Juanda - Surabaya, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin - Makassar, dan juga Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan - Balikpapan.

Untuk memaksimalkan kesiapan bandara tersebut, beragam pemutakhiran sudah dilakukan. Misalnya pembangunan gedung bagi para tamu super penting atau VVIP di Bandara Ngurah Rai, perluasan apron pesawat, perluasan terminal, hingga penyajian unsur budaya di bandara untuk meyambut para delegasi.

Direktur Pelayanan dan Pemasaran PT. Angkasa Pura I Persero Devi Suradji pada Sabtu (23/9) mengatakan gedung bagi para tamu VVIP sudah selesai, dan kemudian apron juga sudah diperluas untuk menampung kebutuhan parkir pesawat tamu.

Berdasarkan catatan Antara, untuk penyelenggaraan AM IMF-WB ini, Bandara I Nguah Rai akan meningkatan kesiapan, dengan beberapa di antaranya adalah peningkatan jam operasional bandara menjadi 24 Jam, kapasitas landas pacu ditingkatkan menjadi 33 penerbangan setiap jam dari 30 penerbangan, penambahan landas pacu cepat (rapid exit taxiway) menjadi tiga dari dua unit.

Kemudian, konektivitas penyambung juga ditambah dengan pembangunan terowongan (underpass) bandara ke Nusa Dua, peningkatan kapasitas Gedung Parkir Mobil menjadi 1.615 slot kendaraan.

Selanjutnya, layanan penumpang juga dengan menambah konter pemeriksaan tiket (check in) dari 96 unit konter seluas 2.740 meter persegi menjadi 126 unit dengan luas 4.420 meter persegi. 

AP I juga sudah melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea Cukai, Ditjen Imigrasi untuk meningkatkan pelayanan bag para delegasi AM IMF-WB.

Selama enam hari penyelenggaraan AM IMF-WB, diperkirakan 100 pesawat setiap harinya mendarat di Bali. Panitia nasional menyiapkan lokasi parkir tambahan bagi pesawat jika kapasitas Bandara I Gusti Ngurah Rai sudah penuh. Lokasi parkir itu bisa berada di Bandara Juanda Surabaya, Bandara Lombok, NTB dan Bandara Banyuwangi, Jatim.

Pertimbangan pembangunan infrastruktur bandara untuk menyambut AM IMF-WB tentu tidak dalam kerangka berpikir jangka pendek. Infrastruktur seperti penggerak roda perekonomian bagi sektor-sektor ekonomi lain. Selain bandara, pemerintah juga mempercepat penyelesaian patung Garuda Wisnu Kencana dan pengembangan Pelabuhan Benoa Bali untuk menarik minat melancong para delegasi.



Manfaat Ekonomi

Pemerintah dan Bank Indonesia merogoh kocek hingga Rp855 miliar untuk menyelenggarakan AM IMF-WB. Namun manfaat ekonomi yang dipetik dari gelaran tahunan ini diperkirakan berkali lipat dari anggaran itu.

Pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan juga akan memberikan efek jangka panjang terhadap pergerakan ekonomi di Bali dan daerah sekitar Bali terutama sektor pariwisata.

Studi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan pertemuan ini akan menambah kedatangan 18.000 orang wisatawan mancanegara ditambah 1.800 wisatawan nusantara, sehingga pertumbuhan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai 16,4 persen pada 2018.

Kegiatan ekonomi juga meningkat sebesar 0,64 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi di Bali diperkirakan pada akhir tahun mencapai 6,54 persen, atau lebih tinggi dari perkiraan tanpa ada acara pertemuan IMF-Bank Dunia, sebesar 5,9 persen.

Tambahan sebesar 0,64 persen tersebut antara lain berasal dari pertumbuhan dari berbagai industri seperti sektor konstruksi 0,26 persen, sektor lain-lain 0,21 persen, sektor hotel 0,12 persen dan sektor makanan serta minuman 0,05 persen.

Total penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia ini memberikan sumbangan kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun yang diantaranya berasal dari kegiatan konstruksi infrastruktur, penyiapan tempat wisata, hotel dan akomodasi serta perdagangan.

Untuk memaksimalkan dampak ekonomi tersebut, Bappenas merekomendasikan upaya untuk mendorong pengeluaran peserta dan memaksimalkan kunjungan wisata, tidak hanya ke Bali, namun juga destinasi unggulan lainnya.

Destinasi unggulan lainnya selain Bali, adalah Lombok, Yogyakarta, Banyuwangi, Danau Tiba, Tana Toraja, serta Pulau Komodo, Flores dan Sumba.*

Baca juga: Pertemuan IMF-World Bank pertaruhan bagi bangkitnya pariwisata Indonesia

Baca juga: Sambutan istimewa dari Bali untuk delegasi IMF-WB


 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018