Jakarta, (ANTARA News) - Indonesia diharapkan jangan hanya menjadi konsumen dari produk kreatif kekayaan intelektual (intellectual property/IP) tetapi harus mampu menjadi produsen IP yang unggul di tingkat regional dan global.

"Market (pasar) kita lebih besar dipandang sebagai konsumen," kata praktisi industri IP kreatif, Bambang Sutedja, dalam diskusi yang digelar di Jakarta, Senin.

Menurut Bambang, pada saat ini masih banyak orang yang bingung mengenai apa itu IP. Padahal hampir setiap waktu, seperti yang ditonton atau dipakai seseorang hampir pasti terkait dengan IP.

Bambang yang juga menjabat sebagai Direktur Medialink Animation Asia Tenggara itu juga mengingatkan bahwa pasar yang paling berkembang adalah kawasan Asia Pasifik, khususnya China dan Indonesia.

Ia menegaskan bahwa dengan potensi populasi yang besar tersebut sebenarnya Indonesia punya potensi yang sangat besar pula untuk mengembangkan IP lokal ke tingkat internasional, apalagi pangsa pasar untuk hal tersebut dinilai masih sangat besar.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Danumaya Dipa (konsultan IP kreatif) Grace Kusnaedi memaparkan pada saat ini IP lokal mulai tumbuh sehingga tantangannya adalah bagaimana mengkomersialkan suatu produk yang tidak hanya berkutat ke satu bidang.

"Misalnya di komik, jangan hanya hanya berpikir dengan komik, tetapi bisa dengan kecil-kecil seperti stiker di medsos atau hingga film animasi," paparnya.

Direktur Pemasaran Pasar Luar Negeri Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Boni Pudjianto mengingatkan kepada pelaku usaha kreatif nasional bahwa ke depannya, komersialisasi IP sangat penting dan berpotensi untuk berkontribusi signifikan kepada PDB Indonesia.

Baca juga: Bekraf: Perkuat nilai jual kekayaan intelektual lokal

Baca juga: Indonesia pimpin pertemuan internasional pembangunan kekayaan intelektual



 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018