Jakarta (ANTARA News) - Lembaga-lembaga di negara-negara Asia Pasifik akan mengembangkan jaringan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) atau Science and Technology Park untuk menjalin kerjasama dan bertukar pengalaman dalam pengembangan Iptek. "Pengembangan ini juga dimaksudkan untuk memilih pusat Iptek yang dapat dijadikan `pilot project` bagi UNESCO-WTA," kata Deputi bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Negara Ristek, Dr Idwan Suhardi, pada pembukaan lokakarya pengembangan iptek regional Asia-Pasifik, di Jakarta, Senin. UNESCO-WTA adalah United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization dan World Technopolis Association. Lokakarya bernama Asia Pacific Regional Workshop on Science and Technology Park Development tersebut dihadiri perwakilan dari sejumlah lembaga riset internasional, antara lain Prof Deog Seong Oh dari WTA, Dr Abbas Sadri dari Islamic Educational, Scientific, and Cultural Organization (ISESCO), Korean International Coorperation Agency (KOICA) dan para pakar dari lembaga-lembaga riset dari berbagai negara seperti dari China, India, Jepang, Iran, Uzbekistan, Pakistan, Filipina, Thailand, Malaysia, hingga Kamboja. Pusat Iptek, kata Idwan, mengacu pada kompleks pengembangan teknologi sekaligus peningkatan nilai tambah ekonomi yang di dalamnya dijalin kerjasama antara lembaga riset, pemerintahan dan lembaga bisnis dan industri dalam satu lokasi. Pusat Iptek ini akan berfungsi untuk pengembangan inovasi dan inkubasi teknologi, fasilitas pameran, pelatihan dan pengembangan pasar, ditambah lagi dihubungkan dalam suatu jaringan antar negara Asia, tambahnya. Sementara itu, Executive Chairman Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof Dr Arief Rachman, mengatakan dengan jaringan Pusat Iptek ini diharapkan tiga hal menjadi lebih meningkat di antara negara-negara anggotanya, yakni sistem manajerial antara pusat-pusat Iptek itu, tukar-menukar SDM dan penekanan pada riset untuk produk-produk yang dibutuhkan pasar serta meningkatkan kekuatan modal bersama. "Bagi Indonesia dengan adanya jaringan ini diharapkan pusat riset yang ada di Indonesia menjadi lebih populer, merakyat dan dikenal dunia, termasuk iptek tradisional Indonesia seperti batik dan lain-lain," katanya. Selain itu dengan jaringan ini diharapkan kemajuan iptek di lembaga riset dan universitas di Indonesia lebih bisa ditingkatkan lagi. "Universitas jangan sekedar jadi lembaga pencetak gelar sementara hasil penelitian para lulusannya itu tak digunakan. Dua per tiga hasil penelitian di universitas itu selama ini hanya menumpuk saja di meja, seperti berada di menara gading, jadi mubazir," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007