Sekitar 78 persen disebabkan faktor perilaku dan sisanya soal sarana dan prasarana
Yogyakarta (ANTARA News) - Kalangan anak muda yang masih berusia produktif hingga saat ini paling dominan terlibat atau menjadi korban kecelakaan lalu lintas akibat perilaku mereka dalam berkendara, kata Ketua Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Suharto.

"Yang paling banyak terjadi di usia produktif, bisa yang meninggal tadi kemungkinan calon pemimpin," kata Suharto dalam Talkshow yang bertajuk Cegah Pelanggaran Lalu-Lintas di Auditorium Magister Manajemen (MM) UGM, Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas tersebut adalah perilaku berkendara anak muda yang tidak menjaga keamanan dan keselamatan selama berada di jalan raya.
Pengendara becak motor membawa beberapa orang anak, ketika melintas di Jalan Gedung Arca, Medan, Sumut, Selasa (18/6). Kurangnya kesadaran warga akan keselamatan berkendara dapat membahayakan diri dan penumpang. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
"Sekitar 78 persen disebabkan faktor perilaku dan sisanya soal sarana dan prasarana," kata Suharto.

Setiap tahun, menurut dia, tercatat sebanyak 30.569 korban meninggal dunia akibat kecelakaan. Korban yang paling banyak meninggal dunia umumnya anak muda yang masih usia produktif 15-29 tahun karena tidak menjaga keselamatan saat berkendara.

Oleh sebab itu, Suharto mengimbau para orang tua tidak mudah menyerahkan kendaraan roda dua bagi anaknya yang masih duduk di bangku sekolah SD atau SMP.

Menurut dia anak-anak di usia tersebut riskan menjadi korban kecelakaan karena minimnya wawasan soal keselamatan dan keamanan berlalu-lintas.

"Memberikan motor kepada anak yang masih SMP sama saja menyiapkan kain kafan bagi anaknya," tandas Suharto.

Direktur Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda DIY Kombes Pol Latif Usman menyatakan, tujuh faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni berkendaraan dengan kecepatan tinggi, pengendara masih di bawah umur, melawan arus, menggunakan telpon genggam, tidak menggunakan helm, posisi mabuk, serta tidak menggunakan sabuk keselamatan.

Ia menyatakan, angka kecelakaan di DIY pada 2016 tercatat sebanyak 463 orang meninggal dunia dan pada 2017 turun menjadi 442 orang yang meningal dunia. "Hingga pertengahan November 2018 tercatat 373 orang meninggal dunia," kata Latif.

Sementara itu, pemerhati keselamatan berlalu lintas dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, Prof. Sigit Priyanto mengatakan pihaknya sedang melaksanakan program kampanye keselamatan lalu lintas anak di DIY melalui kerja sama UGM dan Gachon University.

Program itu, kata dia, diprioritaskan untuk kelompok anak-anak dan orang tua untuk melakukan kunjungan rutin ke sekolah. "Kita ingin menekan jumlah kecelakaan anak di DIY sebagai studi kasus sehingga nantinya bisa dikembangkan di seluruh Indonesia," ujarnya.

Baca juga: Ini perilaku berkendara yang sering dikeluhkan Polantas
Baca juga: Menhub tertegun mayoritas korban kecelakaan anak SMP-SMA

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018